Dalam satu dekade terakhir, harga pakaian tidak naik signifikan lantaran inflasi rendah dan ongkos tenaga kerja di luar negeri tergolong murah. Sehingga biaya produksi dapat dikendalikan. Selama masa resesi, pengecer dan penjahit kemudian bereksperimen memanfaatkan sisa-sisa bahan untuk dijadikan pakaian agar harga tetap terjangkau.
Namun, akhir tahun lalu harga kapas naik dua kali lipat, menyentuh harga tertingginya sepanjang masa. Harga kain sintetik melonjak hingga 50 persen akibat permintaan bahan alternatif yang tinggi. "Akibatnya, harga pakaian diperkirakan naik sekitar 10 persen. Kenaikan terbesar akan terjadi di paruh kedua nanti," kata Burt Flickinger III, President of Strategic Resource Group, Selasa (15/02).
Kenaikan mulai terlihat di produk kemeja anti kerut untuk pria, milik Brook's Brother yang saat ini berharga US$ 88 dari sebelumnya US$ 79,5. Merek pakaian ternama, seperti Levi Strauss and Co , Wrangler, J.C Penney, Nike, serta produk sepatu karya Steve Madden juga berencana menaikkan harganya.
Secara spesifik, kenaikan harga diperkirakan dimulai saat pengecer busana ternama semisal J.C. Penney Co. dan Abercrombie & Fitch Co. mengumumkan hasil laporan keuangannya akhir Februari. "Harga seluruh pakaian dari setiap merek milik perusahaan kami akan naik," ujar Eric Wiseman, Chairman dan CEO of VF Corporation, produsen pakaian bermerek The North Face, Nautica, Wrangler, dan Lee.
Naiknya biaya produksi pun bakal berdampak pada proses pembuatan pakaian. Para pembuat pakaian dipastikan lebih memilih bahan-bahan sintetik seperti rayon serta mengurangi unsur hiasan seperti manik-manik dalam produk pakaiannya. Pembeli juga akan semakin sedikit memiliki pilihan variasi warna.
Penjual meragukan permintaan konsumen meningkat tajam, seperti halnya saat musim liburan mendatang, karena harga telah naik sejak awal tahun ini. Dampak paling buruk akan dirasakan para penjual yang memiliki target konsumen kalangan bawah dan menengah. "Kami terbiasa dengan deflasi selama beberapa tahun ini," kata David Bassuk, Direktur Pelaksana AlixPartners, perusahaan retail.
Harga kapas saat ini berada di puncak tertingginya sepanjang 150 tahun terakhir, dengan harga US$ 1,9 per pon (0,45 kilogram) pada Jumat lalu. Berdasarkan data International Cotton Advisory Commitee, harga itu naik dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.
Harga tersebut hanya berbeda tipis dengan harga semasa Perang Dunia yang mencapai US$ 1,89 per pon. Naiknya harga kapas terjadi sejak Agustus tahun lalu, akibat cuaca buruk yang menyebabkan penurunan panen kapas di sejumlah negara produsen seperti Cina, Amerika Serikat, Pakistan, dan Australia.
AP | GUSTIDHA BUDIARTIE