Ketua tim peneliti Kanjeng Raden Mas Haryo Satryo Hadinagoro mengatakan kedatangan tim untuk mengecek kebenaran kabar bahwa ada koleksi wayang peninggalan Paku Buwono X yang diduga palsu.
Dari hasil pengamatan, dia menyatakan memang ada beberapa wayang yang terlihat baru. “Sebenarnya wayang palsu itu tidak ada. Yang ada, wayang yang masih baru dan tidak sesuai koleksi,” ujarnya usai memeriksa, Jumat (18/2).
Misalnya untuk 8 tokoh wayang putri dalam cerita Mahabharata, yang dikatakannya bukan wayang koleksi Paku Buwono X. Wayang-wayang tersebut seperti tokoh Dewi Kunthi, Larasati, Sinta, Srikandi, Sembodro, dan Dewi Banowati. Hal itu diketahui dari pewarnaan dan tatahan yang tidak mencerminkan koleksi Paku Buwono X. Warnanya agak buram, yang diduga menggunakan brom, bukan emas.
Satryo menegaskan tidak akan menarik kembali koleksi Paku Buwono X yang masih tersisa. Semuanya tetap berada di Radya Pustaka. Sebab tujuan pendirian Radya Pustaka pada masa Paku Buwono X memang dimaksudkan agar masyarakat dapat secara bebas melihat koleksi Keraton. “Kalau di Keraton, tentu tidak sebebas di Radya Pustaka,” ujarnya.
Hanya saja dia meminta pengelolaannya bisa lebih baik lagi. Misalnya dengan membuat semacam papan informasi tentang sebuah koleksi. Papan tersebut berisi asal usul benda, kegunaannya apa, dan nilai yang terkandung.
Radya Pustaka didirikan 28 Oktober 1890 yang semula berlokasi di Ndalem Kepatihan. Kemudian sejak 1 Januari 1913 dipindahkan ke lokasi sekarang di kompleks Sriwedari.
Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Surakarta Purnomo Subagyo mempersilakan Keraton untuk ikut memeriksa keaslian wayang Radya Pustaka. Menurut dia, semakin banyak pihak yang memeriksa, akan semakin baik. “Akan semakin ketahuan, mana koleksi yang asli, mana yang palsu,” ujarnya.
Terkait pengelolaan, dia menyatakan percaya sepenuhnya kepada Komite Museum yang ditunjuk sejak November 2008. Menurut dia, selama dipegang Komite tidak pernah terjadi kasus pencurian ataupun pemalsuan koleksi museum.
UKKY PRIMARTANTYO