TEMPO Interaktif, Jakarta - Warga Rawasari yang saat ini tengah melakukan protes penggusuran lahan untuk dijadikan 10 tower Apartemen Green Pramuka, mengancam akan mendirikan bangunan semipermanen kalau sampai hari Rabu mendatang, janji yang diberikan Staf Khusus Presiden tidak terealisasi.
"Yang jahit mulut dan mogok makan akan tambah banyak," ujar Seno Budiarto, juru bicara warga pada Tempo, Sabtu (19/2).
Seno mengatakan dua warga yang dilarikan ke rumah sakit karena mogok makan dan menutup mulutnya dengan lakban, dari informasi sementara, masih dirawat dalam ruangan unit gawat darurat Rumah Sakit UKI.
"Yang jahit mulut tadi malam mulai kejang-kejang, kami terus berkoordinasi dengan tim dokter untuk memantau kesehatan mereka," ujarnya.
Dua wanita yang menjahit mulutnya, Lusi (53) dan Eet (45), tetap menolak untuk dievakuasi ke rumah sakit. "Mereka merasakan lebih perih saat digusur daripada saat ini. Jadi mereka tetap bertahan sampai adanya putusan."
Warga, kata Seno, sudah siap secara swadaya akan membangun rumah semipermanen menggantikan tiga tenda yang dipasang di depan gerbang kantor proyek apartemen Green Pramuka.
"Kami akan memanggil para pedagang keramik dan rotan yang dulu digusur untuk berjualan kembali, kalau hari Rabu tidak ada putusan."
Ia menilai ada ketidakberesan antara Pemerintah DKI Jakarta dengan aparat di bawahnya. Ini terlihat dari pernyataan Gubernur Fauzi Bowo dengan camatnya.
Fauzi Bowo menegaskan yang akan dibangun pengembang adalah apartemen sedangkan camatnya mengatakan rumah susun. "Kami pun mempertanyakan kembali uang kerohiman dan penggusuran yang dulu diberikan pada warga, apakah itu dana pengembang atau dana APBD DKI," tegasnya.
ALWAN RIDHA RAMDANI