Eko menjelaskan, Garuda telah memiliki dana dan infrastruktur yang mumpuni. Namun hal tersebut belum ditopang oleh sistem manajerial yang aduhai. Salah satu contohnya adalah jumlah tenaga pilot yang minim, sehingga jam terbang pun terbatas. "Bila jumlah pilot ditambah, pasti jam terbangnya kian banyak," ujarnya.
Hal serupa dilontarkan oleh Kepala Riset Securitas Recapital, Pardomuan Sihombing. Ia yakin harga saham Garuda akan melesat seiring dengan ekspansi usaha pascapenawaran saham perdana. Pardomuan memperkirakan Garuda akan menguasai pasar domestik dalam bisnis penerbangan.
"Kalau penerbangan internasional mungkin kalah. Tapi, untuk rute domestik, siapa yang bisa mengalahkan Garuda?" tutur Pardomuan. Ia memprediksi Garuda dapat mengalahkan Lion Air, yang kini menguasai pasar dalam negeri. Pardomuan menilai Lion Air dominan lantaran berfokus pada penerbangan tarif murah.
Meski Garuda juga memiliki usaha penerbangan bertarif murah, seperti Citilink, maskapai ini belum optimal. Menurut Pardomuan, seandainya ikut berfokus di penerbangan tarif murah, Garuda mampu menyaingi Lion air. "Sebab, ongkos operasi pesawat Garuda lebih rendah dibanding Lion Air," tuturnya.
Garuda menawarkan saham perdana senilai Rp 750 per lembar pada Jumat pekan lalu. Tapi investor menganggap harga itu kemahalan sehingga peminat berkurang. Jumlah saham yang ditawarkan dipangkas dari semula 9,4 miliar menjadi 6,4 miliar lembar.
Analis bursa menilai Bahana sebagai penjamin emisi urung membawa Garuda terbang tinggi di bursa saham. Kendati demikian, Garuda tetap mendapat dana segar Rp 4,7 triliun untuk melebarkan sayap usaha. Tahun ini Garuda mengalokasikan Rp 3,3 triliun untuk membeli selusin pesawat, yang terdiri atas 9 jenis B737-800 NG dan 3 jenis A330-300.
ANANDA BADUDU | TRI SUHARMAN