“Semula ada sedikit kekhawatiran dari investor atas imbalan sukuk ritel di saat ada ekspektasi inflasi yang bisa lebih tinggi lagi,” katanya, hari ini.
Ekspektasi naiknya inflasi dan suku bunga deposito pasca kenaikan BI rate menyebabkan sebagian investor memilih untuk bersikap menunggu guna menghindari kerugian karena menurunnya harga SR-003 di pasar sekunder. “Namun rupanya mereka melihat SR-003 masih alternatif investasi yang menarik,” katanya.
Penjualan Sukuk Negara Ritel seri SR-003 yang diterbitkan 23 Februari 2011 mencapai Rp 7,341 triliun. Jumlah nominal pembelian ini sedikit menurun bila dibandingkan dengan SR-002 yang diterbitkan Februari tahun lalu, yang mencapai Rp 8,033 triliun.
Demikian pula dengan jumlah investor mengalami penurunan dari 17.231 pada SR-002 menjadi 15.487 orang investor pada SR-003.
Rahmat mengatakan investasi di sukuk ritel masih memberikan imbalan yang jauh lebih menarik ketimbang menempatkan dana di bank dalam bentuk deposito. Deposito dikenakan pajak sebesar 20 persen atas bunga, sedangkan di sukuk ritel imbalannya hanya kena 15 persen, dan masih ditambah dengan perolehan keuntungan (capital gain) karena bisa diperdagangkan kapan saja.
Pembayaran imbalan SR-003 yang 8,15 persen per tahun dlakukan per bulan membuat imbalan efektifnya menjadi 8,5 persen. “Selain itu, tingkat risiko yang minimal, terutama risiko gagal bayar, karena sukuk dijamin negara,” kata Rahmat.
IQBAL MUHTAROM