"Perseroan akan mengalihkan fokus pengembangan bisnis ke daerah lain," kata Direktur Komunikasi Tirta Investama Troy Pantouw di Jakarta, Selasa (21/2). Keputusan ini diambil menyusul aksi demonstrasi yang berujung tindak kekerasan dan anarkistis di lokasi proyek pada Desember tahun lalu.
Pada 5 Desember 2010, ribuan orang menyerbu lokasi pembangunan pabrik dan menghancurkan sejumlah aset perusahaan. Aksi tersebut juga diikuti dengan pembakaran sedikitnya tiga gudang logistik, yang berisikan bahan material dan alat berat.
Tirta Investama menilai situasi sosial yang berkembang tak lagi kondusif untuk berinvestasi. Perusahaan itu telah beroperasi di Serang selama empat tahun. Sebelumnya, penolakan juga datang karena alasan lingkungan. Keberadaan pabrik dianggap merusak cadangan air alami di lokasi setempat.
Namun, Tirta Investama membantah kabar tersebut. Troy mengatakan kantornya telah memastikan bahwa secara operasional ketersediaan sumber daya air dalam jangka panjang aman. Ia mengklaim perusahaannya berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan sosial di area tersebut.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wachjudi menjelaskan, memang ada unsur nonteknis yang menyebabkan Tirta Investama hengkang dari Serang. Namun ia belum memastikan penyebab penolakan tersebut. "Pemerintah akan berkoordinasi dengan pemerintah setempat," katanya.
Ketua Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Soeroso Natakusuma mengaku baru mengetahui insiden ini. Menurut Soeroso, hal ini tentu mengganggu iklim investasi. "Kalau memang tinggal merealisasi investasi, seharusnya proses di awal sudah selesai dan lancar," katanya.
Soeroso menilai ada yang tidak beres dalam penolakan ini. Meski begitu, ia belum bisa memastikan dan berjanji akan mencari tahu lebih detail kejadian tersebut. "Tapi kenapa ketika proses awal bisa lolos dan lancar. Ketika sudah dimulai baru ada penolakan?" ujarnya.
KARTIKA CANDRA