Harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman bulan April naik menjadi US$ 108,7 per barel di bursa komoditas London.
Sedangkan harga minyak jenis Light Sweet untuk antaran bulan Maret melonjak US$ 7,28 (8,45 persen) menjadi US$ 93,43 per barel di bursa komoditas New York. Dan untuk kontrak bulan April harganya juga melonjak US$ 7,7 (8,58 persen) menjadi US$ 97,41 per barel.
“Perhatian semua investor saat ini tertuju pada kerusuhan Lybia, karena negara tersebut merupakan produsen minyak yang cukup besar,” kata Christophe Barret, analis minyak global dari Calyon di London. “Faktor inilah yang menjadi pemicu melonjaknya harga minyak,” tuturnya. Ditambah lagi berlanjutnya demonstrasi dinegara – negara sekitar lainnya.
Dikawasan tersebut Lybia merupakan mengekspor utama minyak dunia yang juga tergabung dalam anggota negara pengekspor minyak (OPEC). Lybia merupakan negara yang mempunyai cadangan minyak terbesar di Afrika, diikuti oleh Nigeri dan Aljazair, menurut data informasi energy Amerika.
Siaran televisi Aljazera yang dilaporkan oleh Reuters kemarin mengatakan bahwa produksi di ladang minyak Nafoora Lybia telah dihentikan.
Ribuan orang berkumpul di kota Maroko pada hari Minggu lalu menuntut reformasi politik dan batasan pada kekuasaan Raja Mohammed VI. Dan informasi mengenai situasi di Lybia sangat sulit untuk melakukan verifikasi karena adanya pembatasan terhadap media asing.
Demontrasi yang sangat intensif di Lybia pada akhir pekan kemarin sebagai upaya dari para pengunjuk rasa untuk mengakhiri 42 tahun masa pemerintahan pemimpin negara Moammar Gadhafi. Organisasi hak asasi manusia memperkirakan jumlah korban dalam empat hari protes dikota – kota di Lybia mencapai 223 orang.
Dalam laporan Wall Street Journal, anak Moammar Gadhafi yang muncul di televisi negara dan memperingatkan pengunjuk rasa bahwa aksi mereka mengambil resiko menghasut terjadinya perang sipil dimana kekayaan minyak Lybia akan dibakar menyulut lonjakan harga minyak dunia.
Gelombang pro demokrasi sedang melanda kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara setelah demonstrasi berhasil menumbangkan penguasa lama di Tunisa dan Mesir. Dan negara – negara yang tengah dilanda demontrasi dalam beberapa hari terakhir antara lain Yaman, Bahrain, Lybia, dan Maroko.
Analis di ClearView Energy partner mengatakan dalam analisisnya bahwa gejolak politik di kawasan Timur tengah dan Afrika Utara ini memiliki potensi yang cukup signifikan terhadap pasokan minyak bumi dunia selama terjadi kerusuhan dan setelah adanya transisi ke pemerintahan baru.
Negara – negara tersebut akan mengalami kekacauan produksi dan distribusi sehingga mengganggu produksi minyak global.
Padahal beberapa perusahaan minyak dari kawasan Eropa seperti ENI, Spa, serta OMV juga beroperasi di lading minyak Lybia.
MARKETWATCH/ VIVA B. KUSNANDAR