TEMPO Interaktif, Purwokerto - Dilhami Kota Solo yang telah menghidupkan kembali jalur kereta api dalam kota, jalur kereta Purwokerto-Purbalingga juga diminta untuk dihidupkan kembali. Dengan dihidupkan kembali jalur tersebut, kepadatan transportasi dari kedua kota tersebut diharapkan bisa dikurangi.
“Di Solo, kereta api dalam kota sudah menjadi ikon transportasi kota,” kata Ketua Masyarakat Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, Selasa (22/2).
Djoko mengatakan, jalur kereta yang melintas dari Purwokerto-Purbalingga masih aman untuk diperbaiki lagi. Tidak seperti Solo yang banyak melintas di jalan raya, trayek Purwokerto-Purbalingga dinilai masih berada di pinggiran jalan.
Ia mencontohkan, jalur dari Stasiun Purwokerto Timur yang berdampingan dengan jalan raya Soedirman di tengah kota. Selain bisa mengangkut penumpang, kereta tersebut juga bisa digunakan untuk pariwisata seperti di Solo.
Pembukaan trayek lama bahkan bisa diteruskan ke Wonosobo. Djoko yang juga dosen pada Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegija Pranoto Semarang ini mengaku pernah melakukan penelitian jalur lama peninggalan Belanda tersebut.
Ia mengatakan, sedikitnya dibutuhkan dana hingga Rp 2 triliun untuk merevitalisasi jalur lama tersebut. “Jika dihidupkan kembali, jalur tersebut berpotensi menumbuhkan perekonomian daerah poros selatan-tengah Jawa Tengah,” katanya.
Ia menambahkan, panjang jalur kereta yang pernah aktif sekitar tahun 1980-an itu sekitar 92 kilometer. Jalur tersebut melintas dari Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara, dan Wonosobo. Jika mau diteruskan jalur ini akan sampai di Semarang.
Selain rel, seluruh bantalan kereta juga harus diganti. Termasuk sistem persinyalan, perbaikan jembatan, stasiun dan halte. Ia menyebutkan, jalur kereta tersebut melewati 14 stasiun kereta api yang kini kondisinya masih lumayan baik. Selain itu, ada 20 jembatan rangka baja dengan panjang di atas 100 meter juga harus diperbaiki.
Djoko menyebutkan, revitalisasi rel justeru biayanya lebih murah dibandingkan dengan memperbaiki jalan raya atau membuat jalan baru. “Perekonomian di daerah ini akan tumbuh signifikan,” katanya. Ia menambahkan, rencana membuka kembali jalur tersebut sudah masuk agenda induk Dirjen Perkeretaapian. “Hanya kapan realisasinya, saya belum tahu,” kata dia.
Pendapat tersebut juga diamini oleh Bupati Banjarnegara, Djasri. “Jalan raya banyak yang rusak, moda kereta api bisa menjadi alternative bagi peningkatan ekonomi rakyat,” katanya.
Selain untuk moda transportasi, revilatilsasi rel kereta api juga bisa dimanfaatkan untuk pariwisata kereta api. Panorama yang indah sepanjang Purwokerto-Wonosobo diyakini bisa mendatangkan banyak wisatawan.
Dihubungi terpisah, Humas PT. Kereta Api Daerah Operasi V Purwokerto, Surono mengaku pernah ada wacana revitalisasi jalur kereta tersebut. “Tapi kendalanya ada pada dana yang tidak sedikit,” kata dia.
Selain sudah banyak ditumbuhi pemukiman, kata Surono, jalur tersebut juga sudah banyak beralih fungsi. “Ada juga yang sudah beralih menjadi jalan raya,” katanya.
ARIS ANDRIANTO