Pertumbuhan pendapatan tersebut ditopang oleh peningkatan jumlah pesawat dan penambahan rute sehingga mampu meraup lebih banyak penumpang. Dari total pendapatan perusahaan, sekitar 90 persen kontribusinya disumbang oleh Lion Air. Sisanya disumbang Wings Air, anak usaha Lion Air.
Belanja modal tahun ini untuk pembelian pesawat baru berupa 15 unit Boeing 737-900 ER dan 5 unit pesawat berbaling-baling ATR. Harga Boeing masing-masing US$ 80 juta dan ATR masing-masing US$ 20 juta. Untuk suku cadang Lion Air menyiapkan anggaran 10 persen dari nilai pengadaan pesawat. Tahun depan Lion berencana mendatangkan 24 unit Boeing ER dan 5 ATR.
Penjajakan rute baru untuk wilayah regional pun akan dibuka tahun depan. Seperti rute Bali-Sidney, Bali-Melbourne, dan Jakarta-Singapura-Beijing. Untuk mendukung rencana itu, pihaknya memesan 30 unit ATR 72 seri 500 dengan pabrik pembuat pesawat An Alenia Aeronoutica and EADS.
"Nilai pemesanan itu US$ 600 juta untuk 30 pesawat ditambah cuku cadang menjadi US$ 650 juta. Sudah ada 10 yang diterbangkan dan tahun ini ke-15 pesawat itu diharapkan bisa dioperasikan oleh Wings Air. Sisanya masuk rentang 2012-2014," ujar Rusdi yang juga Komisaris Wings Air.
Pesawat ATR 72 seri 500, menurut Rusdi, saat ini dioperasikan Wings Air untuk melayani rute-rute penerbangan dalam negeri seperti di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan negara-negara tetangga
Ceruk pasar Lion Air cukup besar yakni 39 persen untuk rute domestik, namun dari sisi pendapatan tak berbanding lurus sebab harga tiket Lion Air tergolong lebih rendah dari harga tiket maskapai lain. Harga avtur yang merangkak naik tak bisa membuat Lion Air serta merta menaikkan harga tiket. "Karena penumpang bisa beralih," ujar Rusdi.
ROSALINA