TEMPO Interaktif, Cilegon -Ratusan Sopir truk yang sudah berhari-hari tertahan di sepanjang jalan menuju pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten Jumat (25/2) berunjuk rasa dengan memblokir pintu masuk menuju pelabuhan Merak. Para sopir truk tersebut memblokir pintu masuk pelabuhan dengan membawa besi, balok, dan alat lainnya.
Aksi tersebut dipicu oleh terkatung-katungnya mereka selama beberapa hari di dalam jalan tol dan Jalan Cikuasa Atas, Kota Cilegon, tanpa tahu kapan akan menyeberang ke Pulau Sumatera.
Mereka mengaku dibohongi oleh oknum yang membolehkan truk tertentu lewat ke Merak melalui jalan Cikuasa Bawah, sehingga tidak perlu antre seperti mereka. Masalah lainnya adalah karena mereka sudah kehabisan uang akibat digunakan sehari-hari untuk kebutuhan hidup selama tertahan di jalan fly over itu.
Dalam aksinya, para sopir yang sudah tak sabar itu merusak kendaraan provid atau mobil baru jenis truk yang akan dikirim ke Pulau Sumatera. Mereka memecahkan kaca mobil yang masih gress itu dengan besi dan balok yang mereka bawa. Aksi tersebut bubar setelah petugas kepolisian dari Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) dan Anggota Polres Cilegon mendatangai lokasi kejadian.
Kapolres Cilegon Ajun Komisaris Besar Umar S. Fana membenarkan kejadian tersebut. Umar membantah adanya dugaan keterlibatan anggota Polres Cilegon dalam hal meloloskan truk melalui jalan Cikuasa Bawah dan Bojonegara. Dia menegaskan, pihaknya sudah melakukan pengecekan di lapangan dan tidak menemukan indikasi itu.
"Ada yang menyebutkan jalan pintas dan polisi ada di belakangnya. Saya tegaskan tidak ada. Beberapa truk sempat kami cegat dan kami putar kembali ke arah semula," kata Umar.
Untuk mengantisipasi terjadinya aksi susulan, Polres Cilegon kini telah mengirimkan 100 personil Brimob Polda Banten bersenjata lengkap di sekitar Pelabuhan Merak. "Pengamanan ini untuk mengantisipasi aksi susulan. Jumlah seluruhnya ada 100 personil anggota Brimob," tegasnya.
Sementara itu, ribuan truk hingga kini masih tertahan di sekitar fly over hingga memanjang di ruas Tol Tangerang-Merak. Para sopir mengaku sudah tidak punya uang untuk memenuhi kebutuhan mereka termasuk untuk bayar tol. "Saya sudah tidak punya uang. Saya terpaksa bayar tol dengn menjual HP," kata Fahrizal 46 tahun, salah seorang sopir truk.
WASI’UL ULUM