"Awal Mei kembali diuji coba dengan kereta diesel dari stasiun Sidoarjo ke Tarik," kata juru bicara PT KAI Daops 8 Surabaya, Catur Herri Winarno, Jumat (25/2).
Pada Februari ini, katanya, juga telah dilakukan uji coba menggunakan jalur rel kereta yang selesai dikerjakan ini. Pertama, kereta diesel berjalan dari stasiun Tarik-Sidoarjo kemudian dilakukan uji coba dari arah sebaliknya. Hasil uji coba sementara, bantalan dan jalur kereta dalam kondisi siap digunakan.
Kini, PT KAI tengah membangun pintu perlintasan di sepanjang jalur yang dilalui. Bahkan, jalur ini sekaligus difungsikan untuk membuka jalur baru kereta komuter dengan rute Sidoarjo-Tulangan-Tarik hingga stasiun Kertosono, Nganjuk.
Jalur komuter, katanya, dibuka atas permintaan masyarakat pelanggan kereta. Alasannya, selama ini warga tak bisa langsung dari Sidoarjo naik angkutan massal ini ke Sidoarjo-Jombang dan Nganjuk. Mereka harus melewati Surabaya terlebih dahulu sehingga memutar sejauh 10 kilometer lebih.
Sedangkan tahap ke dua, membuat rute Tulangan-Bangil, yang saat ini masih dalam tahap pembebasan lahan. Dari total kebutuhan lahan untuk jalur kereta tengah dibebaskan sekitar 15 persen. Pengerjaan jalur kereta dikerjakan langsung oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian. "Proses pengerjaan dipercepat," ujar Catur.
Menurutnya, Kementeri Perhubungan menginstruksikan agar pengerjaan jalur kereta rute alternative itu dipercepat. Jalur baru ini diharapkan memberikan rasa nyaman dan aman terhadap penumpang kereta. Sebab, kata dia, selama ini para penumpang was-was dan khawatir selama melintas di jalur kereta yang berbatasan dengan tanggul penahan lumpur.
Catur meambahkan, pihaknya menginstruksikan kepada masinis untuk waspada saat melintas di jalur kereta di Porong, terutama di daerah tanggul penahan lumpur Lapindo. Sebab, jalur kereta hanya berjarak tiga meter dari tanggul yang rawan ambrol. Bahkan, selama sepekan ini, terjadi dua kali longsoran di titik 22 dan 21. "Kecepatan kereta dibatasi maksimal lima kilometer per jam," ujarnya.
EKO WIDIANTO