Awalnya Kompak ini beranggotakan 24 orang yang mempunyai hobi memehara ayam ketawa. Karena Kompak rutin menggelar pameran ayam ketawa pada setiap Kamis dan Sabtu di terminal Baru Maros, sehingga puluhan penampilan ayam ketawa yang ditenggerkan itu tidak sedikit menarik perhatian warga.
Di tempat itu pula para pemelihara ayam ketawa ada yang memanfaatkan kesempatan untuk mencari keuntungan. Sebab, selain mereka bisa mengadu suara ayam ketawannya dengan ayam lainnya, jika suara seekor ayam ketawa bersuara tajir, biasanya tidak kurang dari Rp 500rRibu hingga Rp10 juta.
Ketua Kompak Maro, Budiman Efendi mengatakan, Kompak dibentuk 1 Junuari lalu, dan lahir dari inisiatif warga Maros. Saat ini anggotanya baru 24 orang, namun jumlahnya terus bertamba, setelah mereka membuat tempat tenggeran (arena) di Termina Maros untuk dijadikan tempat latihan ayam ketawa. Latihan ayam ketawa dilakukan, setiap dua kali seminggu. “Apa yang kami lakukan ini, akhirya menarik minat pencinta ayam ketawa,” kata Budi yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian Maros, Sabtu( 26/2).
Tujuan Kompak ini untuk melestarikan ayam ketawa, karena ayam tersebut merupakan ciri khas Sulawesi Selatan yang tidak ditemukan di daerah lain. Kompak, sudah dua kali mengadakan kompetisi ayam ketawa se Kabupaten Maros. “April mendatang kita adakan lomba ayam ketawa untuk kategori dangdut dan slow,” kata Budi
Budi menambahkan, untuk mengembang biakkan ayam ketawa, harus dari gen ayam ketawa jantan, dan induknya juga dari ayam ketawa. Sebab, jika hanya salah satunya saja, sulit mendapatkan anakam ayam ketawa. “Tahun lalu saya dapat di Kabupaten Sidrap karena asalnya muasalnya banyak lahir dari sana” kat Bud.
Udi, warga Kalabbirang Kecamatan Bantimurung, mengatakan, pemeliharaan ayam juga mudah. “Karena pakan ayam ketawa mudah di dapat di Pasaran,“ ujar penghobi ayam ketawa ini. Pakan ayam ketawa berupa jagung atau beras merah.
Sedang perawatannya, ayam ini setiap hariharus dimandikan, dijemurnya, dan harus dilatih dan diuji keberaniannya dihadapan ayam lain agar berani tertawa. “Biasanya, bila tidak dilatih, si ayam tidak mau tetawa”, kata Udin yang telah 15 tahun memelihara ayam ketawa ini.
JUMADI