Jakarta-Ekonom Mirza Adityaswara menyatakan suku bunga kredit korporasi bisa diturunkan jika inflasi headline turun. Sebab, posisi suku bunga dipengaruhi yield surat utang negara yang nilai rate-nya selalu di atas inflasi headline.
Mirza menuturkan, suku bunga kredit, terutama korporasi, tidak bisa berada di bawah yield SUN. Yield SUN obligasi pemerintah berkisar 8-9 persen.
Dengan tingkat yield SUN tersebut, menurut Mirza, tidak ada bank yang bakal memasang suku bunga kredit korporasi di bawah 8-9 persen. "Tidak ada orang yang ngasih kredit korporasi lebih rendah dari pemerintah," ujar Mirza.
Kecuali pemerintah yang dianggap mempunyai premi risiko nol dan perusahaan multinasional dengan credit rating bagus.
Sementara itu, yield SUN pastu berada di atas inflasi headline. Maka, satu-satunya cara menurunkan suku bunga korporasi dengan menurunkan inflasi.
Sedangkan, masalah inflasi di Indonesia adalah masalah supplai. Untuk menurunkannya, kata Mirza, harus diatasi dengan kebijakan supplai riil. "Kalau tidak bisa dengan kebijakan riil dan fiskal, maka kebijakan moneter harus turun tangan," ujarnya.
Penurunan inflasi ini, secara otomatis, kata Mirza akan memperlambat pertumbuhan ekonomi juga. Misalnya kredit korporat diharapkan turun single digit ke 6 persen, berarti Yield SUN obligasi pemerintah harus 5,5 persen. "Ini berarti inflasi harus 3,3 persen. Berarti pertumbuhan ekonomi tidak bisa dicapai di angka 6 persen," katanya.
Sementara itu, Kepala Biro Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Irwan Lubis, Bank Indonesia optimis, suku bunga kredit korporasi bisa diturnkan hingga single digit. Sekarang inflasi hampir 7 persen, dan suku bunga korporasi itu 10-11 persen.
"Nah ini belum ada persaingan SBDK lewat publikasi prime lending rate. Itu saja hampir single digit. Ini mungkin akan turun," ujar Irwan.
Ekonom Bank BNI Ryan Kiryanto menuturkan, tingginya kredit korporasi perbankan dihadapi oleh semua pelaku usaha. "Ini adalah masalah struktural yang costly," katanya.
Namun untuk menurunkan suku bunga perbankan, kata Ryan, berarti harus mengorbankan deposan. Artinya, imbal balik dari bank untuk deposan diturunkan. Sehingga beban biaya dana dari dana mahal ini bisa dikurangi.
Sebelumnya, pengusaha merisaukan tingkat suku bunga korporasi perbankan nasional. Spread suku bunga yang diambil bank pada pengusaha dinilai terlalu tinggi.
Pengusaha Sofjan Wanandi memaparkan, masih ada bank nasional yang memberikan bunga kredit korporasi hingga 21 persen. Dengan prime suku bunga sebesar 12-15 persen. Padahal di negara lain, suku bunga kredit korporasi mencapai 5-6 persen.
FEBRIANA FIRDAUS