TEMPO Interaktif, Jakarta - Dewan Pers segera mengirim tim investigasi untuk mengusut kasus penusukan wartawan Vivanews di Jayapura, Banjir Ambarita. " Kami juga minta Pemimpin Redaksi lebih memperhatikan wartawannya dalam liputan yang penuh resiko" kata Ketua Dewan Pers Bagir Manan, Kamis 3 Maret 2011.
Bagir juga memastikan, akan segera membicarakan kasus ini dan mengirimkan tim untuk bertugas ke sana. Langkah ini dilakukan jika di Jayapura tidak ada lembaga yang bergerak pada advokasi pers, seperti AJI maupun PWI. Jika lembaga advokasi seperti itu sudah ada, maka Dewan Pers akan berkoordinasi dengan mereka.
Baca Juga:
Penusukan terhadap Bram, panggilan akrab Banjir Ambarita, terjadi di depan kantor Walikota Entrop, Jayapura, pada Kamis dinihari tadi. Insiden penusukan itu bermula saat Bram dipepet oleh dua orang bersepeda motor, lalu salah seorang menusukkan pisau ke perut dan dada Bram. Akibatnya Bram mengalami luka parah dan pendarahan. Saat ini Bram sedang menjalani operasi di RS TNI Aryoko, Jayapura.
Bagir mengatakan terulangnya kasus kekerasan pada wartawan harus juga menjadi perhatian pemimpin redaksi media massa. Dia meminta agar pimpinan media juga lebih memperhatikan risiko yang mungkin terjadi wartawannya di lapangan. "Sebab bisa juga ini tekanan dari newsroom untuk mendapatkan berita eklusif, dan itu harus jadi perhatian pimrednya bahwa ini ada risiko," kata Bagir.
Bagi Bagir, risiko bagi wartawan dalam kerja jurnalistiknya selalu ada. Para wartawan, kata dia, harus memperhatikan kemungkinan risiko yang bisa menimpanya. Untuk antisipasi ini pula, kata Bagir, Dewan Pers akan memberi pelatihan bagi wartawan dalam menghadapi keadaan krisis.
"Kami akan lakukan pelatihan-pelatihan pada wartawan dalam keadaan krisis, seperti liputan di tengah bencana atau kerusuhan. Wartawan harus punya keahlian khusus, perlengapan apa, wartawan harus siap," ujarnya.
AMIRULLAH