IMF menilai, ke depannya dunia akan menghadapi masalah meningkatnya kelangkaan lahan, air, dan energi--hal yang paling penting dalam produksi pangan.
Meski sebagian besar masalah tingginya harga pangan berhubungan dengan faktor temporer, seperti cuaca, tapi berdasarkan analisis alasan utama untuk menaikkan permintaan makanan merefleksikan perubahan struktur dalam ekonomi global.
“Harga minyak yang sulit diprediksi dipicu oleh kerusuhan politik di Timur Tengah, juga sebagai penyumbang tak langsung pada inflasi pangan,” kata IMF. Tingginya harga minyak mendorong permintaan, yang lantas meningkatkan permintaan tanaman bahan baku. Sebab, minyak digunakan dalam semua tahap siklus proses agrikultur, mulai dari menanam, panen hingga distribusi.
Menurut IMF, faktor utama lain meningkatnya harga pangan dunia adalah kondisi cuaca yang merugikan di seluruh dunia. Banjir di Australia, Pakistan, dan beberapa bagian di India membantu meningkatkan harga pangan, seperti kekeringan di Cina, Argentina, dan Eropa Timur.
Organisasi Pangan Dunia mengatakan, indeks harga makanan berkisar 236 poin pada Februari, yang merupakan catatan tertinggi sejak FAO mulai memonitor harga pada 1990. Indeks Februari pun lebih tinggi daripada Januari yang mencapai 231 poin. Indeks pangan pernah mencapai angka tertinggi saat dunia mengalami krisis pangan dengan nilai 213,5.
RTT NEWS | ANNISA ANINDITYA WIBAWA