Daerah rawan banjir tersebut, antara lain, Kecamatan Panti, Silo, Tanggul, Sukorambi, Arjasa, Jelbuk, Mumbulsari, Jenggawah, Tempurejo, dan Kecamatan Kencong. Daerah-daerah tersebut berada di bawah pegunungan Hyang Argopuro dan hutan Baban Silosanen.
Sekretaris Satlak PB Jember Edy Budi Susilo menjelasskan, kondisi diperparah akibat 33.370 hektare areal hutan lindung di dua kawasan tersebut gundul akibat pembalakan liar.
Meski telah ditanami kembali dalam dua tiga tahun terakhir, namun akar tanaman itu belum kuat menahan air. "Jika hujan deras seperti sekarang turun terus selama empat jam saja, bisa dipastikan terjadi banjir dan tanah longsor,” katanya, Senin (7/3).
Selain itu, Satlak PB mencatat sedikitnya 15 lokasi rawan longsor di sejumlah kawasan perkebunan yang dikelola Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Jember. Sebanyak tujuh lokasi berada di wilayah perkebunan Kahendran di Desa Pakis, enam lokasi di wilayah perkebunan Kaliklepuh di Desa Suci, dan dua lokasi lainnya di kawasan pekebunan Kalijompo di Kecamatan Sukorambi.
Kondisi semakin mengkhawatirkan karena hujan deras terus mengguyur wilayah Kabupaten Jember, terutama sore dan malam hari.
Baca Juga:
Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geologi (BMKG) yang diterima Satlak PB menjelaskan bahwa curah hujan di Kabupaten Jember sejak bulan Desember 2010 hingga maret 2011 berkisar 200-500 milimeter.
Satlak PB telah memerintahkan seluruh aparat desa dan kecamatan, terutama di kawasan rawan bencana untuk siaga. Mereka diminta terus mengaktifkan alat komunikasi seperti telepon selulr dan handy talky.
Edy mengungkapkan, potensi bencana banjir dan longsor itu mulai terbukti ketika hujan deras yang terjadi sekitar kawasan perkebunan yang dikelola PDP Jember di Desa Pakis Kecamatan Panti, Sabtu (5/3) dan Minggu (6/3).
Sebuah rumah warga hancur diterjang air bercampur lumpur yang meluap dari sungai Dinoyo. Meskipun tidak ada korban jiwa, namun banjir bandang itu juga memutuskan akses jalan dusun dan membuat warga was-was.
"Kami takut terjadi seperti banjir bandang tahun 2006 yang merenggut puluhan jiwa. Sampai sekarang, kalau hujan lebih dari dua jam, warga kami ungsikan ke balai desa dan ke dusun yang lebih aman," ujar Kepala Desa Pakis A.Zaini, Senin siang (7/3). MAHBUB DJUNAIDY.