TEMPO Interaktif, Jakarta - Perayaan ulang tahun Tempo ke-40 kali ini berlangsung meriah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyempatkan hadir untuk menyampaikan sambutannya.
Sementara ratusan tamu tampak hadir dari berbagai kalangan, di antaranya ada Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa, Ketua MPR Taufik Kiemas hingga sutradara Dimas Jayadiningrat.
Hadir juga dari media tampak Pemimpin Redaksi detik.com Budiono Darsono, pengacara senior Adnan Buyung Nasution, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Nanan Soekarna, Juru Bicara Presiden Bidang Internasional Teuku Faizasyah, hingga peneliti Indonesia Corruption Watch, Febridiansyah.
Acara yang dipandu pembawa acara kondang Farhan itu dibuka dengan sambutan Direktur Utama PT Tempo Inti Media, Bambang Harymurti. "Malam ini kami mengundang bapak dan ibu untuk bersantai sedikit, melupakan ketegangan di kantor dan di rumah -- kalau pun ada -- dengan turut bergembira bersama kami, yang baru saja merayakan Hari Ulang Tahun Majalah Tempo ke 40," kata pria yang akrab disebut BHM ini mengawali acara.
Seperti dijanjikan, acara berlangsung santai karena GM - panggilan Goenawan Mohamad, pendiri Tempo, yang mendapat giliran berikutnya tak menyampaikan kata-kata berat.
"Sekarang tak ada lagi pembungkaman, bahkan setelah Tempo mengkritik presiden," kata GM disambut tawa para hadirin. GM merujuk pada masa di tahun 1994, saat Majalah Tempo dibredel karena kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Setelah Majalah Tempo "lahir kembali" pada awal masa reformasi 1998, menurut GM bukan berarti ia bisa melenggang kangkung. Tak ada kekangan dari pemerintah, namun tantangan yang dihadapinya muncul dalam bentuk lain, persaingan. "Televisi dan internet, kedua kemajuan menghasilkan persaingan yang tidak mudah bagi majalah dan koran."
Namun GM, yang sudah sepuluh tahun tak lagi berkantor di Tempo, mengaku tak khawatir akan masa depan grup media ini. Kendati laba rata-rata perusahaan ini tiap tahun disebutnya jauh lebih kecil dibanding yang diterima Gayus Tambunan dalam sehari. "Wartawan kami bekerja terus dengan disiplin dan penuh kebanggaan."
Ia melanjutkan, "Saya terharu menyebut kembali asas jurnalisme yang disebut pendiri Tempo saat mereka belum lahir." GM menyebut asas jurnalisme Tempo bertolak dari kepercayaan bahwa kebajikan dan ketidakbajikan bukan monopoli satu pihak. "Majalah ini bukan untuk mencaci dan mencibirkan bibir, juga bukan untuk menjilat dan menghamba," ujarnya.
Acara sempat sedikit hening saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato singkatnya. Tak seorang pun bersuara. Hadirin yang tak kebagian tempat duduk pun berdiri diam tak beranjak. Sekitar 10 menit Yudhoyono berpidato, sebelum meninggalkan acara.
Selanjutnya giliran Butet Kertarejasa menunjukkan kelihaiannya membacakan monolog. Ia sempat menyentil PSSI. "Meski telah memiliki berjuta prestasi dan reputasi, suksesi di Tempo selalu berjalan mulus dan lancar, itu karena orang-orang seperti Goenawan Mohamad rela dan legawa digantikan juniornya."
Dengan gaya khasnya, Butet melanjutkan. "Tidak seperti di PSSI yang walaupun sudah tak berprestasi, pejabatnya tetap tak mau geser," ujar Butet disambut tawa penonton.
Kemeriahan terus berlanjut dengan penampilan penyanyi pop, Rossa dan band rock terkemuka, Slank. Keduanya menyanyikan beberapa lagu andalannya.
Rossa menyanyikan beberapa lagu hits-nya, termasuk "Ayat-ayat Cinta". Ia juga berkolaborasi dengan Slank saat menyanyikan lagu "Pandangan Pertama".
PINGIT ARIA