"Tren investasi, kinerja sektor manufaktur, serta permintaan yang kuat dari Cina dan India, telah mendorong pandangan pertumbuhan yang positif 2011,"ujar ekonomi utama untuk Bank Dunia di Indonesia Shubham Chaudhuri, usai seminar perkembangan triwulan perekonomian Indonesia di Universitas Paramadina, hari ini.
Ia menyatakan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto nasional yang hampir mencapai 7 persen pada triwulan akhir tahun lalu telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi di tahun ini. Tapi kenaikan harga komoditas dunia seperti energi dan pertanian yang rata-rata naik masing-masing 28 persen dan 17 persen sejak 2008 lalu bisa menimbulkan kekhawatiran semakin meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia.
"Goncangan harga bahan pangan yamg ditandai kenaikan harga beras di Indonesia dapat meningkatkan tingkat kemiskinan," ujarnya.
Semakin meningkatnya harga minyak dunia, menurut dia, juga bisa menyebabkan subsidi untuk energi membengkak. Bahkan, dengan asumsi harga minyak dunia mencapai US$ 120 per barel, Indonesia harus menyediakan anggaran subsidi energi minimal Rp 200 triliun untuk menutupinya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Mohamad Chatib Basri menambahkan, laju pertumbuhan PDB Indonesia tahun ini sulit mengulangi angka pertumbuhan PDB di triwulan akhir lalu yang mencapai 6,9 persen. Ia memprediksi pertumbuhan realistis Indonesia akan berkutat dikisaran 6,3 persen.
Ia juga memprediksi musibah tsunami Jepang tidak terlalu berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia. Sebab di satu sisi, banyaknya kerusakan sumber energi Jepang ada peluang meningkatnya permintaan sumber energi dari Indonesia seperti batu bara dan minyak bumi. "Kalau sumber nuklirnya rusak jelas permintaan sumber energi lainnya akan tinggi," ujarnya.
Namun ia mengngatkan, khusus bagi negara-negara yang menggantungkan volume perdagangannya dengan Jepang akan terjadi penurunan perdagangan antar kedua belah pihak. Sebab untuk beberapa bulan ke depan diperkirakan Jepang akan menurunkan tingkat produksinya. "Namun medium term saya rasa akan kembali tumbuh."
JAYADI SUPRIADIN