Kegundahan terhadap kerusuhan di Bahrain disebabkan keterlibatan pasukan Arab Saudi yang juga produsen terbesar Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Peningkatan intensitas bentrokan di jalanan di Yaman, Suriah dan Aljazair, meinmbulkan kekhawatiran pasar saham selain krisis nuklir Jepang.
Analis pasar saham Amerika Serikat JP Morgan yang dipimpin oleh Lawrence Eagles, menyebutkan kerusuhan yang terus meningkat di Bahrain dan keterlibatan Arab Saudi dalam upaya penyelesaian kerusuhan tersebut, tidak boleh diabaikan.
Kini harga minyak mentah jenis Brent untuk pengantaran April mantap di level US$ 110,62 per barel, yang naik sekitar US$ 2,10. Selasa lalu harga minyak jenis Brent berada di posisi US$ 107,35, yang menjadi harga terendah sejak 23 Februari lalu.
Adapun harga minyak mentah di Amerika Serikat bertengger di level US$ 97,98 per barel, atau naik sekitar 80 sen. Angka tersebut merangkak dari sebelumnya di US$ 96,22 per balon, harga terendah sejak 25 Februari lalu.
Analis senior Lind-Waldock, Richard Ilczyszyn, menyebutkan perdagangan terpengaruh oleh aksi jual, imbas bencana Jepang. Hal ini menyebabkan keengganan pialang untuk mengambil risiko sehingga perdagangan Brent dan minyak mentah AS turun di bawah rata-rata dalam 30 hari terakhir.
Adapun saham-saham di Amerika merosot 2 persen dan indeks Nasdaq berubah negatif untuk tahun ini. "Banyak hal yang menyebabkan aksi tarik-menarik sebagai ekuitas negatif. Ini menyebabkan banyak pemain yang melikuidasi dan meletakkan uang mereka sambil mencari tahu apa yang akan terjadi di Jepang," kata Richard.
Di Jepang, operator pembangkit nukir Daiichi pada Kamis ini akan kembali menggunakan helikopter militer untuk memadamkan reaktor nuklir yang terlalu panas untuk mencegah perluasan bencana setelah sebelumnya upaya ini dtitinggalkan karena radiasi terlalu tinggi.
Dalam perdagangan pagi di Amerika, bensin melonjak hampir 3 persen. Data mingguan Badan Informasi Energi AS menunjukkan cadangan bensin hingga Mei mencapai 4,17 juta barel. Selama dua minggu terakhir terjadi penarikan tajam sejak Agustus 2008 karena sebagian perusahaan mengurangi persediaan bahan bakar musim dingin dan beralih ke persediaan musim panas.
REUTERS | IRA GUSLINA