Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi Provinsi Sulawesi Tengah, Ali Landeng, mengatakan, bahwa meski dalam beberapa bulan ke depan kegiatan ekspor Sulteng ke Jepang kemungkinan terhenti, namun selama 2011 volume ekspor diperkirakan meningkat tajam dibandingkan 2010.
"Saya perkirakan tiga bulan ke depan para pengekspor Sulteng belum akan melakukan kegiatan ekspor ke Jepang namun setelah itu, kalangan pengekspor akan kewalahan memenuhi permintaan pembeli di Jepang, “ ujar Ali Landeng kepada Tempo, Kamis (17/3).
Ia menjelaskan, selama ini jumlah produk ekspor Sulteng ke Jepang hanya sedikit. Produk Sulteng yang diekspor ke Jepang hanya kayu eboni (kayu hitam), bahan bangunan dari kayu, dan minyak pakanangi. Menurut dia, dari ketiga produk itu, paling besar adalah bahan bangunan dari kayu dan eboni.
Dalam catatannya, selama 2010 Sulteng mengekspor bahan bangunan dari kayu sebanyak 776,17 ton dengan devisa sebesar US $ 600. Sementara volume ekspor eboni ke Jepang selama 2010 sebanyak 75 ton dengan menyumbangkan devisa sebesar US $ 20.890 dolar
Sedangkan eealisasi ekspor bahan bangunan dari kayu selama Januari-Februari 2011 sebanyak 256 ton yang menghasilkan devisa sebesar US$ 193.012
Sementara itu Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Tengah, Hasanuddin Atjo, mengatakan, komoditi ikan tuna yang menjadi salah satu komoditi ekspor Provinsi ini diprediksi mengalami penurunan dengan adanya musibah gempa dan tsunami itu. "Tapi karena sudah ada kontrak (dengan importer Jepang), jumlah ekspor tuna tidak mengalami kekurangan hingga kontrak berakhir," jelas Kadis Hasanuddin Atjo.
Namun, kata dia, jika masa kontrak berakhir, diprediksi ekspor tuna ke Jepang akan mengalami penurunan atau minimal berubah dari sebelumnya. Gangguan ekonomi di Negara Jepang akibat tsunami, secara otomatis akan berpengaruh pada ekspor komoditi Sulteng.
DARLIS