"Saat ini kecenderungan harga pangan dunia relatif stabil, tetapi tidak terhadap harga pangan lokal," ujarnya, hari ini.
Pentingnya ketahanan pangan dilakukan karena lebih dari setengah rumah tangga Indonesia menghabiskan lebih dari 50 persen pendapatannya untuk konsumsi. Bahkan penduduk miskin angkanya bisa mencapai 70 persen.
"Ketahanan pangan tidak hanya soal ketersedian fisik pangan, tetapi juga bagaimana negara menjamin rumah tangga miskin dan rentan dapat menjangkau pangan," ujarnya.
Peneliti Pangan Bank Dunia lainnya, Enrique E C, menilai gejolak harga pangan nasional seperti gula, beras, minyak goreng, kedelai dan jagung terintegrasi dalam pasar dunia. Setahun terakhir, kenaikan harga pangan dunia rata-rata 1 persen yang memicu kenaikan harga pangan domestik lebih dari 2 persen.
Meski kelima pasar komoditas ini terintegrasi dengan pasar dunia, tapi responnya terhadap guncangan harga dunia punya kecepatan berbeda. Pasar komoditas yang paling cepat menyesuaikan dengan guncangan harga dunia adalah gula dna minyak goreng, sedangkan yang paling lambat adalah kedelai dan jagung.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi menyatakan pemerintah Indonesia tengah menyiapkan paket kebijakan pengaturan harga pangan domestik. Hanya saja kondisi krisis pangan tahun ini berbeda dengan yang dialami tahun 2008 lalu dimana pemerintah membebaskan bea masuk beberapa komoditas pangan.
Pemerintah juga belum akan menyerahkan kebijakan ekspor dan impor pada satu pintu institusi. "Itu yang sedang kita upayakan sehingga ada kebijakan yang lebih tanggap," ujarnya.
IRA GUSLINA