TEMPO Interaktif, Manado - Badan SAR Nasional (Basarnas) unjuk kebolehan dalam latihan bersama di Asean Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF DiREx) di Blue Banter Kota Manado, Sulawesi Utara. Dengan peralatan yang tak kalah canggih dengan tim rescue dari negara lain, Basarnas memperagakan simulasi penanggulangan korban yang berada di dalam reruntuhan bangunan gedung.
Turun dari helikopter, tim Basarnas langsung mengoperasikan satu set alat pendeteksi kehidupan standar Insarak atau standar dunia di dalam reruntuhan gedung untuk menemukan jika masih ada orang yang berada di gedung yang terkena bencana tersebut.
Tim Basarnas yang rata-rata berpostur tubuh tak sebesar tim dari luar negeri, tapi tetap mampu mengimbangi 7 tim lain dalam kegiatan simulasi ARF DiREx ini. "Tim Basarnas tidak kalah mentereng dengan tim lainnya, terutama mengenai peralatan penanggulangan bencana," kata George Leo Mercy Randang, seorang petugas Tim Basarnas, di Manado, kemarin.
George menjelaskan, di kantor Basarnas Pusat ada 10 set alat pendeteksi kehidupan buatan Kanada. "Jadi jika kita perlukan langsung bisa digunakan,” ujarnya. Alat pendeteksi kehidupan itu, lanjut George, bukan hanya untuk mencari tahu lokasi manusia. tapi juga untuk mengevakuasi korban dari dalam reruntuhan. Di Manado, Basarnas memiliki 105 anggota yang mampu menggunakan peralatan penanganan bencana tersebut.
Menurut George, tim rescue dari 7 negara lain, seperti Singapura, Jepang, India, New Zealand dan Australia dan Prancis sudah memiliki alat pendeteksi yang sama dengan Indonesia. "Yang membedakan hanyalah asal negara tempat memproduksi alat tersebut, seperti buatan Amerika, Prancis," katanya.
ISA ANSHAR JUSUF