Pemandangan ini jamak kita lihat sehari-hari di lingkungan sekitar kita. Menurut data Deputi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, setiap orang rata-rata menghasilkan sampah 0,8 kilogram per hari. Dari jumlah itu, di Jakarta saja ada 6.000 ton sampah per hari. Di seluruh Indonesia, ada 176 ribu ton sampah. Sebanyak 15 persen di antaranya adalah sampah plastik kemasan sekali pakai.
Plastik memang sudah akrab bagi manusia. Sebagai wadah, plastik memiliki banyak kelebihan dibanding wadah dari bahan lain, seperti kaca, kaleng, aluminium, kertas, atau styrofoam. Plastik adalah materi yang ringan, awet, elastis, dan harganya murah. Sayangnya, plastik yang sekali pakai biasanya tak aman bagi kesehatan dan lingkungan.
Head of Centre Sentra Teknologi Polimer-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Ir Wawas Swathatafrijiah menyatakan, untuk kesehatan tubuh dan alam, tak hanya diet makanan, "Tapi juga perlu diet plastik."
Diet plastik bukan menghindari bahan plastik, melainkan mengurangi penggunaannya. Hal ini bisa dilakukan dengan memakai bahan plastik yang aman buat makanan (food grade) dan aman buat lingkungan. Menurut Wawas, plastik sekali pakai tak aman buat makanan dan lingkungan. Plastik sekali pakai biasanya mengandung unsur monomer yang bisa memicu kanker.
Jika dibuang dan dikubur dalam tanah, plastik sekali pakai butuh waktu puluhan hingga ratusan tahun agar terurai tanah. Sedangkan jika dibakar biasa dengan api, justru menimbulkan gas yang melahirkan efek rumah kaca. Dengan semakin banyaknya volume gas rumah kaca, menurut Duta Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup Valerina Daniel, suhu Bumi kian naik.
Valerina menyatakan pemakaian plastik bisa dikurangi dalam aktivitas sehari-hari. "Misalnya dengan membawa sendiri wadah saat belanja ke supermarket."
Negara lain sudah melarang penggunaan tas plastik. Di Italia, misalnya, per 1 Januari 2011, pemerintah negara itu sudah melarang penggunaan tas plastik. Sebagai gantinya, toko-toko wajib mengganti seluruh kantong plastik dengan kantong dari kain atau kertas yang lebih ramah lingkungan.
Nur Rochmi