Mereka saat ini sedang dirawat di 14 Puskesmas di Kota Malang. "Penyebabnya karena ibu hamil tidak menjaga asupan gizi untuk kandungannya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Enny Sekar Rengganingati, Senin (21/3).
Data Dinas Kesehatan mencatat, para penderita gzi buruk ditangani oleh Puseksmas Arjuno (5 anak), Puskesmas Bareng (6), Puskesmas Rampal Celaket (4), Puskesmas Cisadea (4), Puskesmas Pandanwangi (1), Pusekesmas Kedungkandang (2), Puskesmas Gribeg (1), Puskesmas Arjowinangun (1), Puskesmas Janti (8), Puskesmas Ciptomulyo (1), Puskesmas Mulyorejo (11), Puskesmas Dinoyo (7), Puskesmas Mojolangu (3), dan Puskesmas Kendalsari sebanyak 13 anak.
Enny menjelaskan, Dinas Kesehatan sudah memberikan susu khusus untuk para penderita. Selain itu juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar selalu menjaga masa kehamilannya.
Petugas Dinas Kesehatan juga akan memberikan penjelasan kepada para ibu hamil, bagaimana mengatasi agar bayi yang dikandungnya tidak kekurangan gizi. Baik cara menjaga kesehatan Ibu maupun menjaga makanan yang harus dikonsumsinya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang Sutiadji menyatakan keprihatininnya dengan adanya balita penderita gizi buruk. Dia menilai ini adalah kesalahan Dinas Kesehatan yang tak bisa mengantisipasi adanya penderita gizi buruk. "Tingkat ekonomi Kota Malang tergolong bagus dibanding daerah lain. Tapi kok masih ada yang kekurangan gizi," ujarnya.
Salah satu penderita gizi buruk adalah bayi berusia dua minggu berinisial MRD. Anak pasangan Heni Ira dan Ponco yang bermukim di Kelurahan Tulusrejo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang itu lahir dengan berat badan 3,5 kilogram dan panjang 83 centimeter. "Proses kelahirannya normal," ucap Heni.
Namun, setelah usianya mencapai beberapa bulan, berat badan MRD menurun. Heni mengaku membawa anaknya ke Puskesmas. "Anak saya diberi susu dan stimulus secara cuma-cuma," tutur Heni. BIBIN BINTARIADI.