TEMPO Interaktif, Jakarta -Tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi melampaui 6,5 persen belum menjadi jaminan perbaikan ekonomi masyarakat. Buktinya, sektor pertanian dan perindustrian yang banyak melibatkan masyarakat, pertumbuhannya masih di bawah 5 persen.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Erani Yustika kepada Tempo hari ini (22/3) menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun memang terus tumbuh.
Hanya saja pertumbuhannya lebih bergerak pada sektor telekomunikasi, perdagangan, dan porperti. "Ini tidak berhubungan langsung dengan masyarakat luas yang lebih bergantung pada sektor pertanian dan perindustrian," katanya.
Tahun lalu, sektor pertanian dan perindustrian hanya menyumbang di bawah 3,7 persen. Angka ini berada di bawah rata-rata pertumbuhan nasional yang melebihi 5,7 persen.
"Jadi pemerintah belum mengandalkan kedua sektor ini sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi." Bahkan tahun ini pertumbuhan sektor pertanian dan perindustrian tak akan melewati angka 5 persen, jauh di bawah keyakinan pertumbuhan ekonomi yang disampaikan pemerintah.
Selain itu Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ini menilai angka inflasi tahun ini akan meningkat. Penyebabnya, kenaikan harga minyak dan pangan dunia. Meski pemerintah yakin inflasi Maret akan minus, inflasi tahunan tetap akan tinggi.
"Inflasi itu kan tidak bisa dilihat dari satu bulan saja," katanya. Ancaman inflasi ini akan menganggu perekonomian Indonesia. Situasi sekarang hampir sama dengan situasi pada 2005 dan 2008 ketika terjadi gejolak harga pangan dan kenaikan harga minyak secara bersamaan.
Di dua tahun terjadi inflasi yang tinggi akibat kenaikan harga BBM dan berpengaruh signifikan terhadap ekonomi nasional. Kenaikan Premium dari Rp 2.400 menjadi Rp 4.500 per liter pada 2005 telah menyumbang inflasi hingga 17,7 persen.
Tahun 2008 kembali terjadi kenaikan harga pangan dan minyak yang menyebabkan inflasi hingga 11,6 persen. Menghadapi ancaman krisis pangan dan energi ini pemerintah harus menempatkan kembali sektor pertanian dan industri yang berbasis pertanian sebagai sektor pemimpin.
Di satu sisi, ketahanan pangan secara otomatis akan menguat dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, baik lewat kegiatan produksi maupun perdagangan. "Di sisi lain, dapat mengatasi masalah kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran," ucap dia.
IRA GUSLINA