TEMPO Interaktif, SIDOARJO - Sekitar 300 hektare sawah di sejumlah desa di kawasan pesisir Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, hingga saat ini terendam banjir rob yang terjadi sejak enam bulan lalu.
Berdasarkan pantauan Tempo, sawah yang terendam yang tidak memungkinkan padi yang ditanam bisa dipanen, terjadi di pesisir Kecamatan Jabon, Waru, Sedati, Buduran, Sidoarjo, dan Kecamatan Candi. Kawasan pesisir Jabon adalah yang terparah.
Bahkan, genangan air laut ini semakin tinggi dan nyaris menerjang perkampungan warga. Pada saat hujan deras, air dari aliran sungai tak bisa masuk ke muara dan laut lepas.
Para petani pun putar otak agar bisa bertahan hidup. Tohari, 42 tahun, salah seorang petani di Desa Kupang Kidul, Kecamatan Jabon, mengatakan banjir rob sedalam satu meter merendam sawahnya yang berubah menjadi rawa. "Tanaman padi ludes terendam banjir rob," ujarnya, Rabu (23/3). Sawah milik Tohari memang tidaklah luas, hanya sekitar seperempat hektare.
Tohari dan juga petani lainnya mencoba keberuntungan di bidang lain. Ada yang menjadi buruh tani di desa lain yang sawahnya aman dari banjir rob. Banyak pula yang bekerja serabutan, seperti menjadi kuli bangunan di Kota Sidoarjo, seperti yang saat ini terpaksa digeluti Tohari.
Selain membutuhkan baya untuk hidup, Tohari juga harus menutup kerugiannya Rp 2 juta, yaitu uang yang sudah dikeluarkannya untuk membeli bibit dan biaya tanam. Penghasilannya sebagai kuli bangunan, Rp 35 ribu per hari, dirasa cukup membantu biaya hidupnya.
Tohari pun belum terampil benar melakoni pekerjaan barunya tersebut. Tohari hanya dipercaya mengangkat batu untuk fondasi maupun batu bata saat tembok mulai dibangun.
Ada pula sejumlah petani yang justru memanfaatkan banjir rob dengan membudidayakan ikan. Mereka berharap bisa bertahan dan meraih untung sembari menunggu banjir rob kembali surut.
Uji coba budidaya ikan ini diharapkan memacu para petani untuk lebih kreatif menyiasati bencana tersebut.
Tohari dan para petani lainnya mencoba menggantungkan harapan dari uluran bantuan pemerintah. Namun, hal itu terlalu musykil untuk didapat.
Banjir rob diduga akibar kerusakan hutan mangrove atau bakau. Data Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mencatat sekitar 60 persen kawasan pesisir Sidoarjo dalam kondisi kritis. Hutan bakau dibabat habis. Kerusakan hutan mangrove terjadi akibat pembalakan liar yang marak sejak 2004 lalu.
"Kerusakannya cukup parah, dibutuhkan 2 juta bibit mangrove," kata Kepala seksi Penyehatan Perkebunan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Sidoarjo, Dewanto.
Setiap tahun, katanya, disebar sebanyak 200 ribu bibit tanaman mangrove di pesisir Sidoarjo. EKO WIDIANTO.