"Diperkirakan hujan akan lebih sering di sisi selatan atau tenggara Merapi, maka perlu diwaspadai banjir lahar dingin di sungai yang berada di sisi tersebut, setiap akan turun hujan, kami mengumumkan melalui frekwensi pemantauan Merapi," kata Nugroho, staf Data dan Informasi Stasiun Geofisika, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (24/3).
Akhir-akhir ini, hujan dengan intensitas tinggi sudah mengguyur sisi selatan/tenggara Merapi. Akibatnya sungai-sungai yang berhulu di gunung berapi itu mengalirkan material vulkanik dalam jumlah banyak sehingga beberapa dusun terkubur material berupa pasir, kerikil, batu-batu besar dan lumpur.
Meskipun diprediksi episode banjir lahar dingin hingga Mei, namun pada awal musim panas itu bukan berarti tidak turun hujan. Bahkan masa pancaroba diperkirakan justru hujan lebih deras meskipun tidak sering. "Tanda-tandanya jika awan comulunimbus atau CB, maka dipastikan hujan akan turun deras disertai angin kencang," kata dia.
Material vulkanik yang telah dimuntahkan oleh Merapi pada 2010 lalu sekitar 140 juta meter kubik. Meskipun sudah sering diguyur hujan selama 4 bulan, namun yang sudah terbawa arus sungai yang menjadi banjir lahar dingin baru 30 persennya.
Menurut Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, karena yang turun baru 30 persen maka potensi terjadinya banjir lahar dingin akan berlangsung hingga 3 atau 4 kali musim hujan.
Baca Juga:
Disinggung soal normalisasi sungai dengan pengerukan, ia menyatakan itu sebagai upaya darurat yang sifatnya meminimalisir melubernya material ke perkampungan. Hingga kini, status gunung yang berada di perbatasan empat kabupaten di Yogyakarta dan Jawa Tengah itu masih waspada, yaitu aktivitas vulkanik gunung itu masih ada meskipun tidak signifikan. Bahkan kadang masih mengeluarkan asap tebal dan juga terjadi hujan abu tipis.
Muh Syaifullah