“Rupanya dia malu karena sering digoda teman-temannya,” tulis Amelita dalam status Facebook, 4 Maret lalu. Untuk menjaga asupan gizi, ia membekali Any dengan dua kotak susu UHT (ultra-high temperature).
Tak cuma praktis dibawa dan harganya lebih murah, kandungan gizinya pun lebih baik ketimbang susu bubuk. Sementara sebelumnya Amelita harus menganggarkan hingga Rp 400 ribu per bulan untuk membeli susu bubuk, dengan susu UHT tak sampai separuhnya. “Any kembali PD (percaya diri) berangkat ke PG (playgroup) tanpa botol susu,” tulis Amelita.
Marzuki Iskandar dari Akademi Gizi milik Kementerian Kesehatan membenarkan pendapat tersebut. Susu UHT, ia menjelaskan, berasal dari susu sapi peternakan. Susu kemudian diolah secara higienis dengan pemanasan suhu sangat tinggi dalam waktu cuma beberapa detik.
”Temperatur tinggi akan membunuh bakteri patogen, pembusuk, serta spora yang ada dalam susu. Pemanasan dalam waktu sangat singkat menjaga aroma, warna, rasa, serta nilai gizi dalam susu,” Marzuki memaparkan.
Pengemasan dengan wadah modern multi-lapisan, ia melanjutkan, membuat susu memiliki daya tahan cukup lama, meski tanpa bahan pengawet.
Hanya, di Indonesia, susu UHT justru kalah populer oleh susu bubuk maupun kental manis. Padahal dua jenis produk terakhir justru sulit didapatkan di banyak negara maju.
"Susu kental manis memiliki kandungan gula sangat tinggi," kata Marzuki. Kandungan gulanya mencapai 65 persen. Artinya, dari 100 mililiter susu kental manis, lebih dari separuhnya adalah gula.
Sedangkan produk susu bubuk jarang digunakan di negara-negara maju lantaran nilai gizinya yang kurang. Proses pembubukan susu dengan peralatan spray dryer menyebabkan protein serta kandungan beberapa vitamin menyusut.
Karena kandungan gizi telah mencukupi, menurut Marzuki, susu UHT tak cuma baik dikonsumsi anak usia di atas setahun, juga baik bagi ibu hamil dan ibu menyusui.
Selama ini, yang banyak dipromosikan untuk dikonsumsi adalah susu bubuk. “Padahal banyak kandungan gizi dalam susu yang hilang saat proses pembubukan," katanya.
Marzuki mengingatkan, konsumsi susu UHT tetap perlu diimbangi dengan makanan bergizi lainnya sesuai dengan kebutuhannya. Ibu hamil, misalnya, harus banyak makan makanan yang mengandung kalsium.
Oktarina, 24 tahun, dan Dewi, 26 tahun, mengaku mengkonsumsi susu UHT saat mereka hamil. Keduanya mendapatkan informasi seputar kelebihan susu UHT ketimbang susu bubuk melalui daftar surat (mailing list) jaringan ibu hamil di Internet.
"Saya sering menghabiskan stok susu UHT di minimarket dekat rumah," ujarnya. Kebiasaan itu dilanjutkan hingga masa menyusui. Untuk bayinya, dia memberikan ASI eksklusif yang telah menjadi hak bagi anaknya.
AHMAD RAFIQ