Ia mengatakan realisasi impor gula masih kecil lantaran harga gula dunia masih tinggi. Selain itu gula rafinasi, (gula untuk industri) banyak beredar di pasar, dijual sebagai gula konsumsi dengan harga murah.
"Jadi kalau dipaksakan impor sekarang, gula impor tidak akan laku di pasaran karena harganya lebih tinggi daripada gula lokal dan gula rafinasi," ujar dia.
Menurut dia, harga gula dunia di bursa berjangka London masih dikisaran US$ 722,1 per ton. Ditambah biaya operasional hingga sampai di pelabuhan Indonesia, maka harga gula kata dia bisa mencapai 820 dollar per ton.
Lebih lanjut Adig mengatakan saat ini PTPN XI sedang mengimpor gula impor sebanyak 15,7 ribu untuk dipasarkan di Medan, yang tiba melalui pelabuhan setempat pada awal April mendatang. "Karena Medan bukan sentra produsen gula dan pasarnya jelas," ujar dia. Padahal ijin impor gula yang diberikan ke PTPN XI sebanyak 90 ribu ton.
Ia mengatakan, gula impor hanya diperbolehkan dipasarkan d idaerah bukan sentra produsen gula. Meskipun ijin impor berakhir pada 15 April mendatang, PTPN XI lanjutnya tetap mensurvei pasar di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Bali. "Kalau tidak memungkinkan waktunya ya tidak jadi impor," kata dia.
Sebelumnya, pemerintah telah memberikan ijin impor gula kepada enam importir sejak awal tahun hingga memasuki musim giling produksi gula lokal pada 15 April mendatang.
Importir itu meliputi PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PT. PPI), PTPN X dan PTPN XI masing-masing sebanyak 90 ribu ton, PTPN IX sebanyak 70 ribu ton, Badan Urusan Logistik (Bulog) sebanyak 60 ribu ton serta PT. Rajawali Nusantara Indonesia sebanyak 50 ribu ton.
Namun semua importir tersebut, belum memenuhi kuota impor yang diberikan pemerintah. Misalnya, PT PPI sebanyak hanya impor 26.694 ton, Bulog 2.886 ton, PTPN X 19.950 ton, dan PTPN XI 15,7 ribu ton. "Kami menunggu harga gula dunia turun namun gak turun-turun, karena itu impor kecil," tandasnya.
DINI MAWUNTYAS