Banjir setinggi 1,5 meter telah melanda wilayah itu sejak dua hari terakhir bersamaan dengan tingginya curah hujan.
Banjir merusak ratusan rumah warga, ratusan hektare lahan pertanian serta menghanyutkan ternak milik warga.
Dari 10 desa yang dilanda banjir, Desa Lesaen mengalami kerusakan terparah. Kepala Desa Lasaen, Bernadus Nakseran yang dihubungi Tempo dari Kupang, Senin (28/3) menjelaskan, sedikitnya 70 rumah yang dihuni sekitar 300 jiwa di desanya mengalami rusak berat dan roboh.
Bahkan Dusun Womota di desa itu terisolir, sehingga sekitar 50 kepala keluarga (KK) di dusun itu mengungsi ke Kantor Desa. "Ada rumah yang roboh akibat banjir tersebut. Kami sedang mendatanya untuk mendapatkan jumlah yang pasti," katanya.
Selain itu, lanjutnya, lahan pertanian maupun perkebunan rusak akibat banjir karena letaknya berdekatan dengan tanggul yang jebol.
Baca Juga:
"Tidak ada tanaman yang tersisa. Hasilnya tidak bisa diharapkan lagi. Padahal, sebagian sudah siap panen," ujar Bernadus.
Bernadus juga mengatakan, aparat desa juga sedang mendata ternak milik warga, seperti babi dan ayam. Namun, dia memperkirakan sekitar 20 persen dari seluruh ternak di daerah itu hanyut terbawa banjir.
Menurut Bernadus, sampai saat ini belum ada bantuan apa pun dari pemerintah daerah setempat. Padahal, pihaknya membutuhkan terpal dan dapur umum untuk menangani pengungsi di kantor desa. "Jangankan bantuan, aparat pemerintah daerah juga belum satu pun yang datang ke lokasi banjir," ucapnya. YOHANES SEO.