Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, sebelum atap ruang Pulantara ambruk terlebih dahulu ada hujan yang sangat besar di Kota Cirebon. Sekitar pukul 17.30 WIB, terdengar bunyi patahan kayu dari atap ruang Pulantara. “Bunyinya sangat keras, kami pun kaget,” kata Pangeran Saladin, salah satu kerabat Keraton Kanoman yang juga kakak tiri dari Sultan Emirudin.
Ternyata bunyi keras itu berasal dari atap di ruang Pulantara yang ambruk total. Akibatnya, kini bangunan yang memiliki dua lantai dengan luas sekitar 15x25 m2 tersebut sudah tidak memiliki atap lagi. Ruang Pulantara sendiri terletak di sebelah kiri bangunan utama Keraton Kanoman.
Padahal ruang Pulantara dibangun oleh Pangeran Purabaya sekitar tahun 1600 an. “Dulunya ruang tersebut digunakan untuk tempat tinggal para putera Sultan Kanoman,” kata Saladin. Namun diakui Saladin, ruang tersebut memang sudah tua dan tiang-tiang penyangganya pun sudah tidak kokoh lagi. “untuk memperbaikinya, kami tidak memiliki dana,” katanya.
Karena rentan ambruk, akhirnya beberapa tahun lalu ruang ini sudah tidak digunakan lagi. “Hanya dipakai untuk gudang,” kata Saladin. Karenanya, saat atap ambruk, tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
IVANSYAH