TEMPO Interaktif, Jakarta - Amir Jamaah Anshorut Tauhid Abu Bakar Ba'asyir meragukan Umar Patek yang ditangkap pihak keamanan di Pakistan, 2 Maret 2011 lalu. "Kenapa bisa ditangkap di Pakistan? akal kurang bisa menerima," kata Ba'asyir usai meninggalkan ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, hari ini Kamis 31 Maret 2011.
Keraguan itu muncul, karena kabar kemunculan Umar Patek yang berpindah-pindah antar negara dinilai Ba'asyir kurang masuk akal. Sebagai buronan kelas kakap, sangat aneh bila Umar bebas bergerak kemana-mana.
"Ini aneh, tahu-tahu (ada) di Pakistan. Semudah itu meloncat sana sini. Apalagi dituduh terlibat Bom Bali 1. Betul atau tidak yang namanya Umar Patek itu," ujar pengasuh Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Sukoharjo itu.
Dia sendiri mengaku tak mengenal dekat dengan buronan yang dihargai US$ 1 juta oleh Pemerintah Amerika Serikat itu. Ba'asyir hanya mendengar Umar Patek pernah tinggal di Filipina Selatan. Kalau pun ada fotonya, ia pun belum tentu mengenalinya.
Seharusnya, kata Ba'asyir, sebagai orang Indonesia Umar Patek beredar di Indonesia. "Apalagi terlibat Bom Bali-1 tentunya berputar-putar di Indonesia."
Hingga kini kebenaran Umar Patek ditangkap di Pakistan masih belum jelas. Kepolisian RI telah mengirim sebuah tim ke Pakistan untuk melakukan cek fisik terhadap orang yang dikabarkan sebagai Umar Patek ini.
DIANING SARI