Data Badan Pusat Statistik, Jumat (31/3), menyebutkan inflasi inti tahun naik hingga 4,45 persen. Sebelumnya, inflasi inti tahunan pada Desember mencapai 4,28 persen, pada Januari di level 4,18, dan pada Februari kemarin kembali naik ke level 4,36 persen.
Inflasi inti merupakan inflasi barang dan jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum. Seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, keseimbangan permintaan dan penawaran. Sifatnya cenderung permanen dan umum.
Untuk bulan ini, inflasi inti terkerek hingga 0,25 persen month to month atau 4,45 persen year on year karena sumbangan inflasi harga emas dan perhiasan. "Emas dan perhiasan menyumbang inflasi hingga 0,02 persen" kata Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan saat jumpa pers, Jumat (1/4).
Menurut Rusman, angka sumbangan inflasi oleh emas ini cukup besar. Bukan hanya berdampak pada inflasi inti, sumbangan inflasi emas ini juga berdampak pada pengumuman inflasi pada Maret.
"Kalau saya menghitung inflasi dari harga yang bergejolak saja atau volatile food, maka saya akan mengumumkan deflasi bulan Maret 2,28 persen. Tapi karena inflasi intinya ada kenaikan 0,25 persen month to month, dan yang diatur pemerintah ada kenaikan 0,21 persen month to month. Akhirnya hasil akhirnya deflasi cuma 0,32 persen," tutur Hermawan.
Rusman melanjutkan, untuk inflasi inti ini sebagian besar menjadi tugas Bank Indonesia untuk menjaga agar tetap stabil. "BI agak gak enak juga, ada deflasi, tapi core inflationnya naik," kata Rusman.
FEBRIANA FIRDAUS