TEMPO Interaktif, Jakarta - Aborsi terhadap janin perempuan di India mencapai tingkat tertinggi dibandingkan sebelumnya berdasarkan sensus terakhir India, sebagaimana dilaporkan Globe and Mail.
India memiliki populasi besar, saat ini 1,21 miliar atau 17 persen dari populasi dunia, dengan menempati sekitar 2,4 persen dari luas permukaan dunia.
Karena bias lama yang dipegang masyarakat terhadap anak perempuan, aborsi perempuan dan anak-anak berada pada risiko yang lebih besar daripada sebelumnya.
Sejak sensus terakhir, rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki usia 6 dan lebih muda telah turun menjadi 914 anak perempuan per 1.000 anak laki-laki, turun dari 927 anak perempuan terhadap 1.000 anak laki-laki dalam sensus sebelumnya.
Rasio global perempuan terhadap angka kelahiran laki-laki 950 perempuan untuk setiap 1.000 anak laki-laki.
Jumlah ini adalah rata-rata nasional, yang berarti di beberapa daerah di India rasio tersebut jauh lebih buruk - satu daerah di India melaporkan rasio mengerikan 883 anak perempuan terhadap 1.000 anak laki-laki.
Alasan kecenderungan ini adalah kompleks. Di India, tradisi masih menuntut orang tua anak perempuan membayar mas kawin mahal pada saat menikah, meskipun faktanya hal itu adalah ilegal.
Untuk alasan itu serta pandangan luas yang menyatakan perempuan kurang diinginkan daripada anak laki-laki, maka perempuan diaborsi, dibunuh saat lahir, atau sekadar tidak diberikan perawatan yang memadai saat bayi atau anak kecil, yang berarti bahwa anak perempuan lebih sedikit lagi yang selamat saat usia dini.
Pemerintah India telah berusaha untuk mengambil tindakan mengatasi kecenderungan ini. Penentuan jenis kelamin prenatal adalah ilegal sejak tahun 1994. Pemerintah memberikan insentif kepada orang tua bayi perempuan, seperti pembayaran keuangan saat lahir, pemberian sepeda bagi gadis-gadis dan akses dana untuk pendidikan menengah, dan bahkan pembayaran berkala kepada keluarga yang dimaksudkan untuk mengimbangi biaya mahar masa depan.
CARE2 | ERWIN Z