“Ya, ini sampai beberapa bulan depan, karena warga di sana hanya memakan umbi-umbian, umbi yang ditanam biasanya dipanen enam bulan kemudian, jadi kalau semuanya sekarang sudah rusak, mereka harus menanam kembali dan memanennya lebih lama lagi,” kata Yulius Layuk, Kepala Posko Penanggulangan Banjir Paniai, Senin (4/4)
Jika sampai enam bulan itu hasilnya belum bisa dituai, tentu warga akan kelaparan dalam jangka waktu lama. “Nah, di sini nantinya akan ada ketergantungan, pemerintah harus menyediakan beras gratis sepanjang tahun dan memberi mereka tempat tinggal,” ujarnya.
Ia menambahkan, bencana banjir kali ini telah merenggut harta dan merusak situs sakral warga. “Dari keterangan warga di sana, banjir ini merupakan yang terbesar, sebelumnya juga sudah pernah banjir tapi tidak sebesar ini,” ucapnya.
Sementara itu, sepuluh korban tewas karena perahu yang mereka tumpangi dua pekan lalu, sudah diketahui identitasnya. Korban yang disapu gelombang saat banjir itu adalah, Yusak Dakota, Septinus Dakota, Philipus Gobay, Okto Kayame, Napi Tenoye, Hosea Tekege, Timotius Gunai, Sepora Ogetai, Pdt Gobay Koto danYudas Kayame. Jenazah para korban telah dikebumikan di Yagai Distrik Kebo.
JERRY OMONA