Tanda-tanda kerusuhan yang tanpa akhir di Timur Tengah dan Afrika Utara membuat mayoritas dari 32 pedagang minyak utama, analis bank, dan manajer pengelola dana, yang disurvei Reuters sejak Senin lalu, memperkirakan harga minyak terus melonjak sampai akhir tahun.
Harga minyak berjangka untuk jenis Brent telah meningkat hampir US$ 8 selama lima hari terakhir untuk mantap di US$ 122,30 pada Rabu. Harga minyak telah melonjak di atas US$ 120 per barel selama pekan ini untuk pertama kalinya sejak tiga tahun lalu.
Harga minyak dunia yang berkisar US$ 130-150 per barel menjadi alarm bagi pakar makroekonomi. Yelena Shulyatyeva, analis dari BNP Paribas, mengatakan situasi ini semakin buruk. Ia memperkirakan perkembangan harga minyak dimulai pada level US$ 110 per barel.
"Jika kita melihat harga minyak sudah US$ 130 per barel, yang pasti hal tersebut akan memukul kepercayaan diri. Akibatnya, belanja konsumen akan terkena dampak, bahkan lebih dari apa yang kami perkirakan," kata Yelena, seperti dikutip Reuters, Kamis (7/4).
Cary Leahey dari Decision Economics, yang bermarkas di New York, mengatakan kebanyakan ahli memperkirakan harga minyak di US$ 130 per barel akan memangkas 0,5-0,75 persen pertumbuhan di Amerika Serikat, yang kini sedang tumbuh sekitar 2,5-3 persen.
REUTERS | BOBBY CHANDRA