“Kami membahas tentang arus modal, harga komoditas, dan pemulihan ekonomi yang masih melambat,” kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo dalam konferensi pers di Hotel Laguna, Nusa Dua Bali, Jumat (8/4)
Agus Marto, yang dalam pertemuan tahunan ini juga sebagai pimpinan pertemuan, menjelaskan para menteri keuangan Asean merasakan perlunya ada integritas pasar keuangan yang mendalam. Kebutuhan ini dinilai sesuatu yang objektif dan menjadi tantangan bagi semua negara Asean.
Dalam pernyataan bersama yang dibacakan oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegero, untuk menuju integrasi keuangan dan moneter tersebut sejumlah langkah akan dilakukan untuk menyatukan pasar keuangan Asean.
Di pasar obligasi regional, menteri-menteri keuangan Asean berharap bisa sepenuhnya menerapkan fasilitas jaminan kredit dan investasi US$ 700 juta bagi swasta yang menerbitkan obligasi. Diharapkan skema ini bisa dijalankan pada Mei 2011 nanti.
Bambang mengatakan dana penjaminan sebesar US$ 700 juta tersebut merupakan dana bersama dari negara-negara Asean plus 3, yaitu Cina, Jepang dan Korea Selatan, serta Bank Pembangunan Asia (ADB)
Diharapkan dengan adanya penjaminan ini, investor akan tertarik untuk membeli obligasi yang diterbitkan oleh swasta. Namun hingga saat ini, Bambang mengatakan teknis dari proses penjaminan ini masih akan dibahas lebih lanjut.
Selain itu, langkah maju lain yang akan dilakukan adalah pembentukan dana infrastruktur yang dikelola melalui the Asean Infrastructure Fund untuk mendukung pembiayaan infrastruktur di kawasan Asean.
Dari hasil pertemuan di Nusa Dua Bali ini, terdapat kemajuan yang signifikan dalam pembentukan dana infrastruktur AIF. Dana infrastruktur sebesar US$ 485,2 juta dari negara-negara anggota Asean dan Bank Pembangunan Asia. Asean Infrastructure Fund akan berkedudukan di Malaysia.
Pembentukan dana infrastruktur Asean ini menunjukkan kekuatan dan komitmen solidaritas Asean dan sekaligus konsensus untuk mempertahankan pertumbuhan, memfasilitasi konektivitas dan mempersempit kesenjangan pembangunan infrastruktur di ASEAN.
IQBAL MUHTAROM