TEMPO Interaktif, Jakarta -Elo ratingnya kini sudah mencapai angka 2.095 atau bertambah 60 poin dari sebelumnya. Namun, bagi Medina Warda Aulia – pecatur yang kini menyandang gelar Master FIDE Wanita – itu masih belum cukup. “Rasanya susah sekali untuk mencari 100 poin,” kata Medina saat ditemui Tempo di Apartemen Sudirman Park, Jumat, 8 April lalu.
Ambisi untuk bisa meraih gelar Grand Master dalam usia muda memang masih terus menari dalam pikiran Medina. Untuk mewujudkan keinginannya, pecatur yang kini berusia 13 tahun itu selalu melakoni setiap turnamen dengan serius. Terakhir, lewat penampilannya dalam Telin Chess International Tournament
Medina memang benar-benar membuat orang berdecak kagum. Pecatur kelahiran Jakarta, 7 Juli 1997 itu masuk di urutan kedua dalam daftar Best Women. Atlet bertubuh ramping ini mengapit Grand Master Wanita Anastazia Karlovich (Ukraina) dan rekan senegaranya Verdiana Norasa.
Untuk mencapai hasil seperti ini, Medina memang tidak main-main. Dia mengalahkan satu-satunya Grand Master Wanita Indonesia Irene Kharisma Sukandar. Selain itu, putri ketiga dari pasangan Nur Muchlisin dan Siti Eka Nurhayati ini juga bisa menahan Grand Master termuda Indonesia Susanto Megaranto dengan hasil seri.
Meski sudah mendapatkan hasil gemilang seperti itu, Medina tetap tidak puas. Dia mampu menyembunyikan kesedihannya setelah mengetahui bahwa bukan dia yang menjadi pecatur putri terbaik dalam turnamen yang digelar di Grha Citra Caraka, Jakarta Selatan itu. “Aku benar-benar. Kenapa susah sekali, padahal sepertinya tinggal sedikit lagi tetapi tadi justru kalah,” katanya dengan muka muram.
Gelar grand master memang sudah menjadi tujuan utama siswa kelas dua SMPN 1 Bekasi ini. “Saya ingin bisa menjadi grandmaster termuda,” katanya dengan penuh semangat saat ditanyai oleh sejumlah wartawan seusai acara penutupan Telin Chess International Tournament Kamis lalu.
Kesedihan yang sebelumnya sempat tampak pada wajahnya langsung sirna. Medina tampak kembali menjadi bocah periang yang selalu ditunjukkannya saat bergaul dengan siapa pun. Tetap, di balik keriangan dan keceriaan yang ditunjukkan Medina memiliki impian tinggi untuk bisa menjadi Grand Master termuda, menciptakan rekor baru.
Catur memang bukan sesuatu yang asing bagi Medina. Anak ketiga dari lima bersaudara ini sudah mulai mengenal olahraga strategi ini sejak masih belum mengenal sekolah. Medina sempat diperkenalkan dengan seperti olahraga renang, sempoa, modeling, dan juga les melukis. Namun, tampaknya Medina tidak bisa mengelak dari kecintaannya terhadap catur. Bersama sang kakak, Virda Rizka Aulia, Medina kemudian mencoba belajar catur di Sekolah Catur Utut Adianto tak jauh dari rumahnya di Bekasi.
Sejak saat itu, Medina justru bisa menunjukkan potensinya pada dunia catur – tidak jauh berbeda dengan sang kakak. Demi mencapai impiannya itu, Medina pun mengaku rela mendapatkan perlakuan “khusus” dari ayah-ibunya. Ada hukuman yang harus siap dilakoni setiap Medina kalah dalam turnamen. “Ayah sering sekali melarang saya memegang handphone (telepon genggam) kalau aku kalah. Nanti, kalau aku sudah menang lagi, HP-ku akan dikembalikan,” tutur Medina.
Bagi Medina, apa yang dilakukan ayahnya memang bukanlah sesuatu yang aneh. “Tidak apa juga sih, mungkin itu yang paling baik supaya aku bisa main bagus terus,” ujarnya sambil tersenyum. Medina melihat bahwa itulah bentuk dukungan sang ayah bagi perjuangannya dalam mencapai prestasi terbaik di dunia catur.
Sambil meniti impiannya itu, Medina juga mendapatkan kepercayaan untuk bisa mempersembahkan hasil terbaik pada SEA Games XXVI yang akan berlangsung di Palembang dan Jakarta pada November nanti. Ketua Bidang Pembinaan Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB PERCASI) Kristianus Liem menyatakan bahwa Medina semakin meyakinkan untuk tetap dipertahankan dalam skuad.
Kristianus melihat ada kualitas yang luar biasa dari Medina. Pria yang akrab disapa Om Kris itu menyatakan bahwa sebetulnya Medina bisa mendapatkan gelar Norma Master. “Kualitas permainannya sudah bisa pada level itu. Namun, sayangnya persyaratan untuk mencapai ke sana cukup rumit. Medina harus lebih banyak ikut turnamen internasional,” katanya.
DATA DIRI
Nama : Medina Warda Aulia
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 7 Juli 1997
Ayah : Nur Muchlisin
Ibu : Siti Eka Nurhayati
Putri ketiga dari lima bersaudara
Prestasi Internasional
Juara ASEAN Primary School Sport Championship 2007
Juara ASEAN Primary School Sport Championship 2008
Juara World School Chess Championship 2008
Peringkat 3 ASEAN Age Group 2008
Peringkat 2 World Youth Chess Championship 2008
Peringkat 2 World School Chess Championship 2009
Juara ASEAN Age Group 2009
Peringkat 2 Best Women Telin Chess International Tournament
EZTHER LASTANIA ROMPAS