TEMPO Interaktif, Jakarta - Tinggal di pemukiman muslim komplek Iqro, Arifinto dikenal alim. Para tetangganya pun ragu dia sengaja menonton film porno saat sidang paripurna Jumat 8 April lalu. “Kalau melihat kepribadian bapak sehari-hari di sini rasanya pecaya ga percaya,” kata Iwan, tetangga Arifinto kepada Tempo, Senin 11 April 2011.
Rumah Arifinto berada di jalan KH. Ahmad Madani Nomor 93 RT 001/ RW 009, Kelurahan Jatimakmur, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Rumah anggota Komisi V DPR itu tampak mencolok karena bangunannya paling tinggi sampai empat lantai. Pagarnya dicat hijau, temboknya warna oranye, dan dinding rumahnya warna-warni karena lantai bawah digunakan untuk sekolah Taman Bermain Anak Sholeh. Halaman rumah yang rindang oleh pohon mangga diberi beberapa fasilitas bermain, seperti perosotan, tangga panjat, dan ayunan.
Para tetangga mengaku lebih sering ketemu Arifinto di masjid Yayasan Lembaga Quran, yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari rumahnya. Setiap akhir pekan, pada Sabtu dan Ahad, Arifinto sering terlibat dalam kegiatan warga seperti kerja bakti dan olahraga bersama.
Komplek perumahan taman Iqro, kini dikenal sebagai pemukiman warga Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dibuka pertama kali oleh KH Rahmat Abdullah, kemudian dilanjutkan KH Ahmad Madani yang namanya tertera sebagai nama jalan setelah wafat pada 2001 lalu.
Warga yang tinggal di komplek Iqro beragam asal daerahnya. Arifinto sendiri dikenal warga berasal dari Padang, Sumatra. Namun Arifinto lama tinggal di pemukiman itu, diperkirakan sejak pertama kali komplek Iqro dibuka.
Di komplek itu Arifinto tercatat sebagai salah satu pengurus Lembaga Tahfidz Quran yang bernaung di bawah yayasan Islamic Ceter. Yayasan tersebut kini sedang mendirikan bangunan empat lantai untuk ruang kelas penghapal-penghapal Quran, dengan jumlah murid lebih dari 1.000 orang.
Bangunan lembaga hanya berjarak sekitar 10 meter dari rumah Arifinto, berdiri di atas tanah wakaf beberapa warga PKS. Muridnya tidak terbatas pada usia pelajar, tetapi banyak juga pensiunan pegawai swasta atau negeri yang belum bisa membaca Al-Quran.
Arifinto memiliki lima orang anak, tiga putri dan dua putra. Keluarganya dikenal aktif, istrinya adalah pengajar di lembaga Quran, empat anaknya telah memiliki kesibukan sendiri-sendiri, sementara putra terakhirnya berusia lima tahun mengalami keterbelakagan mental.
Salah satu anaknya yang akrab disapa Faruqi, adalah seorang programer bidang IT. Ketika Tempo bertandang ke rumahnya, Senin siang, tak satupun anggota keluarganya yang bisa ditemui.
Arifinto yang lahir di Bekasi 23 Juni 1961, mulai aktif di DPR untuk periode 2009-2014 dari daerah pemilihan (Dapil) Purwakarta, Karawang, Bekasi. Mengenyam pendidikan di SMA 22 Jakarta, dan IKIP Jakarta.
Menurut Iwan, Arifinto dikenal sebagai pendiri majalah Islah. Majalah berbasis idealisme Islam itu kemudian tutup karena bangkrut. Pada awal 1980-an, Arifinto bersama beberapa rekannya eks Islah kemudian mendirikan majalah Sabili.
Pada awal pendirian majalah tersebut hanya beredar pada kalangan terbatas, hingga akhirnya terbit bagi publik dan menyebarkan nilai-nilai idealisme berdasarkan Islam.
Sabili terbit dengan memuat artikel-artikel tentang kondisi sosial masyarakat, politik yang ditinjau dari kacamatan Islam Sunni berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Artikel-artike Sabili banyak mengkritisi tentang apa yang disebut gejala “Islamofobia” dan “Kristenisasi” yang semakin marak di Indonesia.
Setelah Sabili beroleh nama di masyarakat, para pendirinya termasuk Arifinto, dikabarkan telah menjual saham majalah tersebut.
HAMLUDDIN
