“Sejauh penelitian saya, ia sering menulis dengan nama samaran Arifin Toat. Ia juga pernah menjabat sebagai salah seorang redaktur,” kata Agung Pardini, peneiliti Majalah Islam kepada Tempo, Selasa 12 April.
Menurut Agung, Arifinto bukanlah salah satu pendiri majalah itu. Adalah Almarhum Rahmat Abdullah dan Zainal Muttaqin sebagai pendiri Sabili. “Kalau pendiri hanya dua orang itu. Arifin mungkin bisa disebut orang yang ikut mengembangkan dan membangun Sabili karena ia ada di kelompok awal yang ikut saat majalah itu terbit pertama kali,” ujar alumni jurusan Sejarah Universitas Negeri Jakarta itu.
Saat ditanya seberapa besar peranan Arifinto di majalah itu, Agung mengaku tidak cukup ingat. Ia hanya mengatakan, Arifinto ikut terlibat dalam redaksional dan ikut menulis beberapa artikel. “Saya tidak begitu ingat sejauh mana peranan ia dalam redaksional seperti pemilihan isu dan sebagainya. Tapi yang pasti ia ikut menulis beberapa artikel di sana,” katanya.
Saat ini, Arifinto disebut Agung sudah tidak terlibat dalam redaksional Sabili. Namun, ia mengaku tidak mengetahui pasti sejak kapan mantan politisi PKS itu berheti dari redaksional Sabili. “Saya kurang tahu pasti kapan ia tidak di Sabili lagi. Yang pasti ia aktif di tahun-tahun awal majalah itu saja. Peranan Arifinto memang bisa dibilang tidak sebesar Zainal Muttaqin,” katanya.
Arfinto merupakan mantan politikus PKS yang beberapa waktu lalu kepergok kamera fotografer Media Indonesia tengah menonton video porno di ruang sidang. Saat itu ia berdalih tak sengaja membuka tautan laman yang dikirim seseorang lewat surat elektronik. Ulahnya itu kemudian memancing reakis keras dari berbagai kalangan sehingga akhirnya ia memutuskan mundur sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sehari lalu..
ARIE FIRDAUS