Lalu, bagaimanakah penggambaran perempuan dalam karya-karya komikus lokal? Sebagian jawabannya mungkin tampak dalam pameran komik "Bara Betina" di Galeri Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, 9-30 April 2011. Pameran yang menjadi bagian dari program Dwibulan Perempuan ini menampilkan sejumlah komikus yang telah aktif berkarya selama kurang-lebih sepuluh tahun terakhir, yakni Alfi Zachkyelle, Ariela Kristantina, Ario Anindito, Azisa Noor, Beng rahadian, Ekyu Studio, Is Yuniarto, dan Kharisma Jati.
Pameran komik ini menghadirkan perempuan sebagai pokok bahasan dalam proses kreatif penciptaan komik. Lihatlah bagaimana Ario Anindito yang menggambar tokoh perempuan dalam "Nadya and The Painkillers" yang berambut pirang, mata biru, dan gagah membasmi robot jahat. Siapa yang percaya kalau Nadya berasal dari Indonesia? Adapun Alfi Zachkyelle menciptakan pertumbuhan gadis bernama Vienetta, dari usia sembilan tahun, beranjak 14, 19, 25, hingga 32 tahun, dalam "Vienemorfosis". Garis gambar dan perawakannya persis bergaya manga.
Namun, Beng punya gaya sendiri. Lihatlah "The Moment", yang dia ambil dari komik "Selamat Pagi Urbaz", dan trilogi kopi: Kopi Lanang, Kopi Benci, dan Kopi Gombal. Ketiga kopi itu bersangkutan dengan perempuan. Kopi Lanang melarang perempuan minum kopi hitam, Kopi Benci, menjadi enak karena ada ludah si ibu dalam cangkir karena suami main catur melulu, dan Kopi Gombal yang tumpah di atas kepala pria pada kencan pertamanya karena menggombal.
Aguslia Hidayah