TEMPO Interaktif, Jakarta - Erasmus Huis Jakarta mengadakan pameran enamel, yaitu iklan-iklan lawas yang pernah ada di Indonesia pada 1920an. Pameran yang bertajuk "Lapisan Sejarah Periklanan Modern di Indonesia" ini akan berlangsung hingga 17 Juni mendatang.
Enamel atau kadang disebut dengan vitreous enamel advertising adalah jenis medium periklanan dari bahan logam. Medium ini dikenal luas di Eropa sejak akhir abad 19. Sebanyak 105 buah enamel yang dipamerkan adalah milik Kartini Collection.
Sejarah periklanan Indonesia ternyata bisa kita lihat di sini. Pada saat itu enamel hanya mampu diproduksi di Eropa. Tetapi medium iklan ini terbukti masuk ke Indonesia dan mengadopsi bahasa Melayu yang kita gunakan pada saat itu. Terlepas sejarah iklan di Indonesia baru didokumentasikan pada awal 1960an hingga sekarang.
"Ini sangat menarik. Desainnya memasukkan unsur Indonesia," ujar Hauw Ming, pemilik koleksi enamel-enamel itu pada saat pembukaan, Kamis malam (14/4) lalu. Pada malam pembukaan pameran itu dimeriahkan juga oleh Komunitas Sepeda Tua Jakarta. Selain membawa sepeda onthel, mereka berpakaian layaknya kehidupan masyarakat Hindia Belanda dulu.
Enamel sebagai medium iklan memang akhirnya kalah oleh teknik cetak offset. Jelas, medium baru itu lebih meriah, murah, dan cepat proses penyelesaiannya. Nyaris serentak di seluruh dunia saat Perang Dunia II, enamel iklan ikut musnah karena segala jenis metal dan fasilitas industrinya harus dikerahkan untuk melayani kebutuhan perang. Enamel-enamel yang kita saksikan dalam pameran kali ini adalah bagian yang tersisa dari kepunahan itu.
Semuanya mungkin terasa sebagai artefak atau bukti-bukti yang kelewat sepele di hadapan pandangan kita di masa sekarang. Tetapi kita tidak lupa enamel-enamel ini bisa dijadikan bahan awal untuk memeriksa berbagai rincian perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang terkait dengan soal perniagaan, periklanan, peri kehidupan masyarakat perkotaan dan gaya hidupnya di masa lalu. Dan boleh jadi, semua ini bisa terkait juga dengan apa yang membentuk masyarakat perkotaan kita di masa-masa sekarang.
ISMI WAHID