TEMPO Interaktif, Kebumen - Warga desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen yang menjadi korban kekerasan tentara Angkatan Darat mengaku dianiaya karena menolak latihan militer di tempatnya.
Aris Panji, salah seorang korban, mengatakan kejadian itu bermula pukul 08.00 pagi saat sekitar 25 warga pergi ke makam korban uji coba senjata TNI AD di lokasi itu. Kejadian uji coba senjata yang menewaskan lima anak itu pada 22 Maret 1997.
Selasa lalu, warga membuat blockade jalan atas rencana tentara latihan kembali. Sepulang dari makam, mereka mendengar blokade jalan sudah dibuka tentara. Warga menjadi marah setelah mendengar blokade jalan dibuka. Mereka menebang pohon untuk membuat blokade lagi. Ada delapan titik blokade yang mereka buat.
Sekitar pukul 09.30, mereka pergi ke kantor Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI dan membongkar gapura kantor. Massa yang sehabis ziarah bertambah banyak ditambah pemuda. Jumlahnya mereka sekitar 50 orang.
Sekitar pukul 11.00 warga berjalan dari arah titik blokade menuju balai desa. Di tempat itu mereka duduk-duduk di tepi jalan.
Sekitar pukul 14.00 siang, ratusan tentara bersenjata lengkap menyerbu massa yang sedang duduk itu. Masa langsung dipopor dan kena bogem mentah sebelum diikat tangannya di belakang. “Seperti di film PKI,” kata Aris.
Warga yang berusaha melarikan diri ditembak oleh tentara di bagian bawah. Setelah aksi itu, tentara menyisir rumah warga hingga pukul 16.30. “Mereka mencari laki-laki yang ada di rumah,” Aris Panji menjelaskan.
Empat dari sembilan warga Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen menjadi korban kekerasan oleh TNI Angkatan Darat. Sembilan orang masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen. Para korban mengalami luka di kepala dan tubuh mereka. Di baju yang mereka pakai terdapat bekas lumuran darah.
Kepala Penerangan Komando Daerah Militer IV Diponegoro Letkol Inf Zaenal mengakui TNI melakukan kekerasan terhadap warga. “Warga merusak fasilitas. Sudah berkali-kali diperingatkan dengan tembakan ke udara, tetapi penduduk tetap nekad masuk. Ada empat orang warga yang terkena peluru karet," dia menjelaskan.
Aris Ardianto