Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Meningkatkan Produksi dengan Kompos Jerami  

image-gnews
TEMPO/Fahmi Ali
TEMPO/Fahmi Ali
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Limbah jerami hasil panen padi yang selama ini lebih banyak dibuang ternyata bisa dimanfaatkan sebagai kompos untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi padi.

Jerami yang dioplos dengan sistem biodekomposer bisa meningkatkan produksi dari rata-rata 5,6 ton per hektar menjadi sekitar 8 ton. "Dengan menggunakan pupuk kompos dari jerami dan pupuk hayati (twin), petani bisa meningkatkan produktivitas panen padi hingga 40 persen," kata Jerry Margono, Komisaris Utama PT Vitafarm Indonesia yang memproduksi pengurai VitaDegra dan pupuk hayati VitaBio, akhir pekan kemarin.

Jeffry mengungkapkan setiap panen, setiap satu ton gabah menghasilkan jerami 1,5 ton. Petani seringkali membuang atau membakar jerami ini. Padahal jerami ini bisa dipakai sebagai kompos yang didekomposer menggunakan VitaDegra yang berfungsi sebagai pengurai. Setelah itu petani menggunakan pupuk Vitabio untuk meningkatkan kemampuan tanah.
“Tidak hanya tonase padi yang bertambah tapi juga lebih padi jadi lebih bernas,” katanya.

Jerry mengungkapkan pihaknya antara lain melakukan demontrasi plot (Demplot) di Kampung Sukaratu Desa Kubang Puji Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang, Banten. Di lokasi ini panen raya sudah dilakukan Gubernur Banten Ratu Atut Choisyah pada bulan Februari lalu. Lokasi lainnya bekerja sama dengan Politeknik Negeri Lampung (Polinela) antara lain di Desa Karang Anyarm, Kecamatan gedung Tataan, Kabupaten Pesawaran yang melakukan panen raya akhir bulan Maret lalu.

Untuk tiap hektare, sistem ini membutuhkan dana sekitar Rp 340 ribu -- Rp 120 ribu untuk 2 kilogram biodekomposer dan Rp 200 ribu untuk 400 gram pupuk hayati.

Ia mengungkapkan sistem biodekomposer ini juga banyak keunggulan seperti jumlah pupuk kimia yang lebih sedikit sekitar 25 persen, benih yang lebih sedikit, tanaman lebih tahan hama, dan mempersingkat jeda masa tanam. Jika biasanya petani harus menunggu sekitar satu bulan untuk kembali melakukan penanaman, dengan dekomposer ini hanya dalam waktu 11-14 hari, lahan sudah bisa digarap lagi. “Jadinya masa tanam petani bisa lebih banyak,” katanya.

“Caranya cukup gampang. Bekas jerami, disiram air, ditambahi dekomposer VitaDegra. Diamkan 11-14 hari, setelah itu lahan sudah bisa dibajak. Sementara kompos alami jerami biasanya memakan waktu 1 bulan,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia menyebutkan tujuan utama dari pemanfaatan jerami -- dengan dekomposer dan pupuk hayati ini -- untuk menyuburkan kembali lahan yang kritis akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. “Untuk meningkatkan produksi, lebih dulu harus menyehatkan lahannya,” katanya.

Vitafarm merupakan pelaksana PT Berdikari (Persero) dalam program pemulihan kesuburan lahan (PKL) dari Kementerian Pertanian Indonesia (Kementan) pada tahun 2010. Proyek dengan nilai Rp 290 miliar ini dilakukan di delapan provinsi yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan dengan luas lagan 885 ribu hektare.

RAJU FEBRIAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pemkab Kukar Gelontorkan 700 M untuk Perkuat Sektor Pertanian

1 hari lalu

Pemkab Kukar Gelontorkan 700 M untuk Perkuat Sektor Pertanian

Kukar merupakan daerah lumbung pangan bagi Provinsi Kalimantan Timur


Dedikasi Edi Damasnyah Bangkitkan Pertanian Kutai Kartanegara

4 hari lalu

Dedikasi Edi Damasnyah Bangkitkan Pertanian Kutai Kartanegara

Program pengairan dan alsintan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Kukar.


Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

14 hari lalu

Para pekerja membongkar muat ikan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Selasa, 23 Januari 2024. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan nilai ekspor hasil perikanan di dalam negeri pada 2024 sebesar USD7,20 miliar atau setara Rp112,1 triliun. Angka tersebut naik signifikan dari realisasi ekspor produk perikanan hingga November 2023, di mana nilai sementara ada di kisaran USD5,6 miliar atau setara Rp87,25 triliun. TEMPO/Tony Hartawan
Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

Isu soal pertanian dan subsidi perikanan belum disetujui dalam KTM13 WTO di Abu Dhabi lalu. Meski demikian, sudah disetujui sekitar 80 member WTO.


Studi Demokrasi Rakyat Lapor ke KPK soal Korupsi Dana Hibah Pertanian yang Diduga Libatkan Anggota DPR

25 hari lalu

Logo KPK. Dok Tempo
Studi Demokrasi Rakyat Lapor ke KPK soal Korupsi Dana Hibah Pertanian yang Diduga Libatkan Anggota DPR

Pelaporan ke KPK terkait dugaan korupsi pemotongan dana bantuan hibah pertanian yang berasal dari Dana Aspirasi DPR yang mencapai Rp 2 miliar.


Menteri Hadi Tjahjanto Serahkan Sertifikat Hasil Program Konsolidasi Tanah Non Pertanian

31 hari lalu

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional ATR/BPN Hadi Tjahjanto (keenam kiri) berdialog dengan warga saat menyerahkan sertifikat tanah di Desa Muktisari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis 12 Oktober 2023. Sebanyak 405 sertifikat tanah dibagikan kepada warga secara gratis pada proses redistribusi tanah eks Hak Guna Usaha (HGU) PT Maloya yang telah ditetapkan menjadi Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Menteri Hadi Tjahjanto Serahkan Sertifikat Hasil Program Konsolidasi Tanah Non Pertanian

Menteri Agraria dan Tata Ruang Hadi Tjahjanto menyerahkan 205 sertifikat tanah hasil program Konsolidasi Tanah Non Pertanian.


Beras Langka, Mengapa Pegiat Lingkungan Menilai Ada Masalah Tata Kelola Lahan Pertanian?

32 hari lalu

Pemandangan sawah daerah Rorotan di tengah ibu kota, Jakarta, Rabu, 1 November 2023.  Lahan tersebut merupakan lahan beberapa perusahaan salah satunya yaitu PT. NUSA Kirana. RE dan beberapa lahan milik warga setempat. TEMPO/Magang/Joseph.
Beras Langka, Mengapa Pegiat Lingkungan Menilai Ada Masalah Tata Kelola Lahan Pertanian?

Seretnya produksi beras diduga akibat kebijakan regulator yang condong mengutamakan ekstensifikasi lahan pertanian, misalnya food estate.


Berkelanjutan Membangun Tapanuli Utara

49 hari lalu

Berkelanjutan Membangun Tapanuli Utara

10 tahun memimpin Kabupaten Tapanuli Utara, Nikson Nababan, fokus membangun infrastruktur, pertanian, pendidikan dan kesehatan. Perekonomian tumbuh positif meski di masa pandemi Covid-19.


BRI Menanam Grow & Green Bangkitkan Harapan Petani

56 hari lalu

BRI Menanam Grow & Green Bangkitkan Harapan Petani

BRI bersama Yayasan Bakau Manfaat Universal meluncurkan program BRI Menanam Grow & Green.


Mahfud MD Kritik Food Estate, Ini 5 Lokasi dan Kendalanya

57 hari lalu

Petani menanam bibit singkong di areal lumbung pangan nasional 'food estate' di Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Sabtu, 6 Maret 2021. Anggaran tersebut untuk mendukung program pengembangan
Mahfud MD Kritik Food Estate, Ini 5 Lokasi dan Kendalanya

Mahfud Md menyebut food estate adalah proyek gagal. Di mana saja lokasi proyek tersebut dan apa saja faktor kegagalannya?


Gibran Mau Libatkan Generasi Muda Lewat Smart Farming, Ini Strateginya

57 hari lalu

Cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan Cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar saat mengikuti debat Cawapres ke empat di JCC, Senayan, Jakarta, Minggu, 21 Januari 2024. Debat kali ini bertema Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan Agraria, Masyarakat Adat dan Desa. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Gibran Mau Libatkan Generasi Muda Lewat Smart Farming, Ini Strateginya

Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka ingin melibatkan generasi muda dalam sektor pertanian dengan smart farming. Bagaimana strateginya?