TEMPO Interaktif, Jakarta - Seusai mengalahkan rekan senegaranya, Chris John kembali menatap lawan selanjutnya, sekaligus menyatukan gelar. Kandidatnya adalah Orlando Salido, juara Kelas Bulu World Boxing Organization dari Meksiko dan Yuriorkis Gamboa jawara versi World Boxing Association dan International Boxing Federation dari Kuba.
Salido, 30 tahun, menyabet sabuk itu Ahad (17/4) lalu dari Juan Manuel Lopez. Di hari yang sama dengan Chris John, 31, mempertahankan sabuk dari ancaman Daud Yordan. "Salido tidak akan jadi masalah," ujar Craig Christian, pelatih Chris.
Dia mengundang Salido jadi lawan tanding saat petinjunya menghadapi Rocky Juarez di Amerika Serikat dua tahun lalu. Mereka berlatih adu jotos beberapa ronde dan Craig tidak melihat ancaman serius pada Salido.
Yuriorkis Gamboa, 29, jadi lawan yang perlu diwaspadai ekstra ketat. Berjuluk Badai dari Guantanamo, dia memiliki rekor impresif 20 kali menang dengan 16 kali menyungkurkan lawan, tanpa kalah. "Dia bisa melontarkan pukulan secepat jarum mesin jahit, dan keras," kata Joy Sinambela, asisten pelatih Chris.
Gamboa adalah Juara Olimpiade Athena 2004. Dia kabur dari negaranya dengan menjual medali emas olimpiade, dan menjadi petinju profesional sejak 2007. Dalam setahun dia bisa menjalani tujuh laga dan langsung jadi sensasi dengan deretan kemenangan Knock Out-nya. Termasuk membuat petinju Meksiko Jorge Solis lima kali tersungkur Maret lalu.
Tapi Craig tidak peduli reputasi itu. Menurutnya, Gamboa yang harus menghormati Chris sebagai Super Champion. Dia mengatakan tidak ada petinju lain yang bisa mempertahankan gelar selama Chris John, 14 kali sejak 2003. Maka, "Kalau Gamboa mau sabuk itu, dia yang harus datang ke Indonesia, menghadapi Sang Juara Super," katanya.
Perputaran uang tidak bisa dijadikan alasan. Kubu Gamboa minta pertandingan digelar di Amerika Serikat, negara induk semang Gamboa sekaligus kiblat tinju dunia. Menurut Craig, pertandingan tetap bisa meraup fulus dengan berlangsung di Indonesia dan menjualnya di Negeri Paman Sam lewat pay-per-view. Biasanya satu pelanggan dikutip 50 dolar AS untuk menyaksikan pertandingan perebutan gelar.
Jaringan televisi, Craig melanjutkan, juga diuntungkan perbedaan waktu, yaitu Ahad malam waktu Indonesia sama dengan Ahad pagi waktu AS, waktu terbaik untuk bersantai dan menonton televisi. "Tidak ada alasan untuk tanding tandang," katanya.
Promotor Raja Sapta Oktohari segendang sepenarian. Menurutnya, Indonesia telah membuktikan bisa menggelar pertandingan kelas internasional lewat partai Chris versus Daud di Kemayoran Ahad lalu. Desember lalu dia menyajikan partai Chris versus Fernando Saucedo dari Argentina, yang diklaim disaksikan 183 juta orang lewat layar RCTI.
Okto juga yakin Chris memiliki berpeluang mengalahkan Gamboa. Menurutnya, petinju berpukulan geledek itu memiliki tipe yang mirip dengan Daud. "Chris bisa mengalahkan Daud, Gamboa tidak akan jadi masalah," katanya.
Craig mengatakan petinjunya memiliki kecerdasan tinggi yang tidak dimiliki petinju lain. "Dia bisa berpikir cepat, tahu harus melakukan apa di ring," ujarnya. Itu bisa jadi modal kuat menghadapi petinju "banteng" seperti Gamboa. Chris tidak banyak berkomentar tentang rencana pertandingan. "Saya menyerahkan urusan ini pada manajer dan promotor," katanya, tersenyum.
Baik Okto dan Craig tidak bisa memprediksi kapan laga akbar Chris kontra Gamboa berlangsung. Yang jelas, Craig melanjutkan, tidak dalam waktu dekat karena Chris harus menjalani rehat pasca pertandingan. Biasanya, petinju butuh waktu sedikitnya tiga bulan untuk mempersiapkan satu pertarungan.
REZA M