“Ada enam yang ikut ujian hari pertama, mereka adalah anak PNG yang sekolah di sini,” kata Kepala Sekolah SMK N I Sotta, Kalvin Saya, Senin, 18 April 2011.
Kalvin mengatakan, tak ada perlakuan khusus bagi pelajar asing tersebut. “Mereka seperti anak lainnya. Kami memberi mereka pelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku,” ujarnya.
Jumlah anak Papua Nugini yang belajar di SMK I Sotta sebanyak delapan orang. Jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya sebanyak 50 lebih anak. “Tahun kemarin banyak anak PNG yang sekolah di sini. Tapi akibat letak geografis yang jauh, beberapa di antara mereka tidak bisa melanjutkan sekolah,” ucapnya.
Dari pantauan Tempo di sekolah tapal batas NKRI-Papua Nugini, meski tak lancar berbahasa Indonesia, enam anak Papua Nugini itu bisa selesai tepat waktu. “Saya bisa kerjakan soal, tidak sulit. Saya mengerti bahasa Indonesia,” kata Durma Waruki, pelajar asal Papua Nugini.
Lelaki kelahiran Gwaku itu juga merasa senang bisa bersekolah di Indonesia meski harus tinggal di asrama yang dibangun pemerintah Merauke. “Saya ingin jadi guru, saya berdoa mudah-mudahan bisa lulus.”
Sementara itu, sebanyak 1.419 siswa SMA di Merauke pagi tadi memulai ujian hari pertama yang digelar di 14 sub rayon. “Terdiri dari 622 laki-laki dan 797 perempuan,” kata Vincentius Mekiuw, Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Merauke.
JERRY OMONA