TEMPO Interaktif, Denpasar - Arsitek asal Argentina Leticia Andrea Balacek, 32 tahun, menggelar karya-karya instalasinya di Galeri Sika, Ubud, Bali. Pameran yang akan berlangsung hingga 6 Mei itu merupakan upaya Leticia untuk merekontruksi kesan-kesannya dalam perjalanan ke pelosok dunia.
Karya yang bertajuk “Hidup adalah Surga”, misalnya, adalah sebuah eksperimen yang menggabungkan sejumlah foto untuk menunjukkan keruwetan tinggal di rumah susun. Manusia dipaksa pasrah menjalani kehidupan dalam lingkungan yang sempit dan tak layak. Ia mengambil ribuan foto untuk kemudian menggabungkannya dengan memilih satu angle tertentu. “Itu cara mengungkapkan impresi saya terhadap tempat itu,” ujar Leticia yang kini sedang mengambil bea siswa di jurusan Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Ada juga karya berupa video instalasi yang menggambarkan kehidupan rumah panggung di atas sungai Al Tigres, sungai terbesar di Buenos Aires, Argentina. Karya itu menunjukkan pembangunan rumah panggung yang terus menerus dilakukan dari satu generasi ke genearasi berikutnya. Meski,sebenarnya rumah semacam itu kurang layak untuk ditinggali.
Leticia menyebut, semua kenyataan di sekitarnya menciptakan tekstur yang khas layaknya sebuah kain. Tekstur itu memasuki ruang persepsi pribadi dengan kombinasi, repetisi, penumpangtindihan pelbagai citra. Bagi dia, mengenali sebuah tekstur adalah sebuah cara untuk memahami kehidupan yang sesungguhnya di suatu negara. “Jadi, kalau mengenali Cina, bukan hanya tembok besar yang harus dilihat. Kalau mengenali New York, bukan hanya patung Liberty-nya,” ujar Leticia yang mengaku tak pernah betah tinggal di suatu tempat.
Adapun mengenai Indonesia dan khususnya Bali, Leticia menyebutnya sebagai daerah yang memiliki berbagai keunikan. “Saya yakin akan mendapat inspirasi yang luar biasa disini,” ujarnya. Kesan terhadap keunikan Bali terutama karena bangunan tradisional seperti Pura ditemui di setiap keluarga. Padahal bangunan-bangunan modern juga bertebaran dengan aneka gaya.
ROFIQI HASAN