Chief External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Irwan Priyantoko menyatakan penurunan produksi terjadi karena pabrik di Indonesia juga mengalami kekurangan komponen setelah pabrik Toyota di Jepang terkena gempa dan tsunami. "Kami harapkan penurunan produksi hanya sampai Juni mendatang," katanya, hari ini.
Saat ini Toyota masih terus mendata komponen mana saja yang kekurangan. Setelah itu, perusahaan akan mencari strategi untuk memenuhi kekurangan pasokan tersebut.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Budi Darmadi sudah memperkirakan penurunan pertumbuhan industri otomotif. "Pada kuartal kedua, pertumbuhan industri hanya sekitar 6 persen," katanya. Sebelumnya, pada kuartal pertama 2011, pertumbuhan industri otomotif mencapai 9 persen.
Namun, Budi melihat kontraksi pada industri otomotif tidak akan mengganggu target penjualan mobil tahun ini. "Saya yakin, target konservatif penjualan mobil 780 ribu unit akan tetap tercapai," ujarnya.
Pemerintah lalu berencana membuat kebijakan untuk mendukung industri otomotif. Salah satu kebijakannya dengan memberi kelonggaran impor komponen.
Kebijakan itu akan diberlakukan pada komponen otomotif yang biasanya diimpor secara bersamaan dalam bentuk Incompletely Knocked Down (IKD). Namun, belakangan pengusaha mengimpornya terpisah karena gangguan pasokan komponen.
Terkait kelonggaran impor komponen, Irwan melihat itu adalah satu hal yang positif. "Bagi produsen mobil yang biasa impor dalam bentuk IKD, tentu akan sangat terbantu," ujarnya.
Tapi, bagi Toyota, kebijakan tersebut tidak akan terlalu berpengaruh. "Karena kami sudah biasa impor komponen secara terpisah," kata Irwan.
EKA UTAMI APRILIA