Sutarto menjelaskan masalah iklim ikut memengaruhi produksi karena banyak lahan terserang hama. Padahal, Kementerian Pertanian pada akhir Januari lalu meminta Bulog menyerap 60 persen beras petani. Angka ini setara dengan 2,1 juta ton dari target 3,5 juta ton pada 2011 menjelang panen raya yang diperkirakan terjadi sepanjang Maret-April.
Menurut Sutarto, penyerapan sejak awal Februari hingga kemarin, baru 640 ribu ton setara beras. Jika ditambah kontrak dari daerah, penyerapan hanya 700 ribu ton. Stok di gudang Bulog sekitar 1,6 juta ton. "Kami juga kesulitan menyerap karena harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 5.060 per kilogram jauh di bawah harga di lapangan," ujarnya.
Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan, Winarno Tohir, mengatakan Bulog seharusnya telah menyerap gabah kering giling di atas dua juta ton. Kenaikan harga gabah kering di atas HPP mesti dibantu keterlibatan Bulog dengan meningkatkan penyerapan. "Kenaikan harga terjadi karena peningkatan biaya produksi 10-15 persen akibat hujan dan hama," tuturnya.
Anggota Komisi Pertanian Dewan Perwakilan Rakyat, Markus Nasir, menyebutkan tak ada alasan bagi Kementerian Pertanian untuk tak mampu menyerap beras petani karena harga gabah kering lebih tinggi 15 persen di atas HPP yang Rp 2.640 per kilogram. Seharusnya, tugas kementerian memperbaiki kualitas beras. "Bukan menjadikan itu alasan untuk tak mampu menyerap beras," katanya.
ROSALINA