TEMPO Interaktif, Balikpapan - Dinas Peternakan Kalimantan Timur menyatakan populasi rusa sambar (Cervus unicolor) terancam punah pada lima tahun terakhir ini. Perburuan liar lima ribu ekor rusa setiap tahunnya dituding jadi penyebab merosotnya populasi hewan Asia Selatan yang hanya bisa didapati di Kalimantan dan Sumatera ini.
"Banyak diburu masyarakat di Kaltim,” kata petugas UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan (BPIB) Kabupaten Penajam Paser Utara, Ali Faisyal, Senin (25/4).
Ali mengatakan populasi rusa sambar saat ini di Kaltim hanya berkisar seribu ekor dari jumlah semula yang mencapai belasan ribu ekor. Populasi liar rusa sambar hanya bisa didapatkan di hutan-hutan kawasan Kutai Timur.
Masyarakat Kaltim, lanjut Ali, sudah terbiasa mengonsumsi daging hewan yang beratnya bisa mencapai 549 kilogram per ekornya ini. Sejumlah warung makanan di Kaltim secara bebas memperdagangkan jenis makanan berbahan dasar daging rusa sambar.
Ali mengatakan rusa sambar memiliki nilai ekonomis tinggi. Tak hanya daging dan tanduknya, kulit rusa juga bernilai tinggi dan dimanfaatkan untuk industri penyamakan. Tingkat permintaan masyarakat cukup tinggi dari hasil perburuan liar rusa sambar.
Menurut Ali, Provinsi Kalimantan Timur telah berupaya melakukan pembibitan rusa sambar yang lokasinya terletak di Penajam Paser Utara. Telah berhasil ditangkarkan sebanyak 218 ekor rusa sambar di lokasi pembibitan Penajam Paser Utara. “Agar tidak punah karena perburuan liar,” ujarnya.
Rusa sambar merupakan salah satu jenis rusa yang memiliki fisik terbesar dibandingkan jenis-jenis lainnya. Dengan kulit kecoklatan, rusa sambar bisa mencapai berat maksimal hingga 549 kilogram pada usia 25 tahun.
SG WIBISONO